Setelah selesai makan di toko kue, aku berniat langsung pulang ke rumah. Seharusnya begitu, namun dia berkata lagi,
“Hei Alen, bagaimana kita Game Center?”
“Sudah 30 menit berlalu, bukankah kau sudah berjanji?”
“Kapan ya aku berjanji tentang itu? Jika dipikir-pikir kembali, aku tidak pernah malakukan itu deh,” katanya melirik ke arah yang lain dengan ekspresi yang polos dan membuka suaranya dengan nada yang menyebalkan.
Aku berpikir, menggali ingatan di kepalaku 30 menit yang lalu.
Setelah aku mengiyakan perkataanya, dia terlihat tersenyum, lalu dia berdiri dan pergi tanpa mengatakan apapun. Kemudian, aku mengikutinya dari belakang.
Jika dipikir-pikir, kapan kami sepakat membuat janji itu?
Benar, kami tidak pernah melakukan kontak atau apapun untuk membuat sebuah janji. Oleh karena itu, janji yang selama ini kupikirkan sebenarnya tidak pernah terjadi.
Sial, dia pintar sekali! Atau mungkin aku yang bodoh?
Meskipun begitu, aku tidak peduli lagi!
“Dah,” pamitku sembari melangkahkan kaki.
Dengan cepat, dia menjajarkan langkah kakinya denganku.
“Ayolah, ini kan hari ulang tahunku!”
“Jangan memancingku karena kau sedang ulang tahun! Lagian, kenapa kau tidak menghabiskan waktu dengan temanmu saja!”
“Aku sedang menghabiskan waktu dengan temanku.”
Aku mengedipkan mataku beberapa kali dan memasang ekspresi penuh dengan tanda tanya tentang itu.
“30 menit yang lalu dan sampai sekarang, aku sedang bersama dengan temanku,” katanya dengan menatap ke arahku dan tersenyum kecil.
“Hah?”
Teman? Aku?
Alasan dia dapat mengatakan hal itu adalah karena kami di kelas yang sama. Dalam artian, dia menganggap bahwa aku adalah teman sekelasnya. Mau bagaimana pun aku berpikir untuk membuat alasan, aku tidak bisa mengelak tentang itu.
“Aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu lebih lama lagi,” katanya.
“Kau seharusnya menghabiskan waktumu dengan temanmu! Maksudku, dengan teman perempuanmu misalkan!”
Dibandingkan denganku, bukanlah lebih baik dengan sahabat dekatnya? Aku hanyalah teman sekalas, tidak kurang dan tidak lebih. Kami juga tidak dekat dan baru mengenal satu sama lain dalam satu minggu ini.
“Mereka tidak mengabariku sama sekali untuk hari ini. Mungkin sedang sibuk berpacaran.”
Apa-apaan itu? Lebih memilih berpacaran dibandingkan dengan teman yang sedang berulang tahun?
Tidak, aku rasa mereka sengaja tidak mengabarinya, mungkin karena mereka sedang membuat sebuah kejutan untuk merayakan ulang tahunnya. Hanya saja, dia tidak peka tentang hal itu.
Baiklah, aku akan mencoba untuk membuat peka.
“Kau tidak mengecek hpmu?” tanyaku.
“Hpku?”
“Mungkin, teman perempuan sudah memberi pesan.”
Setelah aku berkata seperti itu, dia membuka tasnya secara perlahan. Lalu, dia memasukkan dan menggerak-gerakkan tangannya seakan-akan sedang mencari sesuatu. Beberapa detik kemudian, dia berhenti dan berekspresi terkejut.
“Owh,” kejutnya sembari membuka mulut seperti huruf O. “Aku baru sadar bahwa aku tidak membawa hpku hehe.”
Ada juga ya orang di zaman sekarang ini tidak membawa HPnya. Sungguh gadis yang aneh.
“Mungkin mereka sedang menyiapkan kejutan untukmu. Kenapa tidak cepat-cepat pulang saja?” saranku.
“Biasanya mereka menyiapkan di malam hari. Oleh karena itu, di siang hari ini aku tidak melakukan apapun.”