Selamat Tinggal, Dunia.

Rika Kurnia
Chapter #21

Berkorban

Kamu dan Deby akhirnya bertemu di sebuah kafe dekat kampus. Hati kamu berdebar tak menentu saat Haka memberitahu perihal itu. Kamu tahu pertemuan ini tidak akan mudah, tapi kamu juga sadar bahwa menghindarinya hanya akan memperburuk keadaan.

Saat tiba di kafe, Deby sudah duduk di sudut ruangan, dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Kamu menghampirinya perlahan, mencoba menenangkan diri. Kalian duduk berhadapan, dan suasana terasa begitu tegang. Suara musik lembut yang mengalun di kafe itu tidak mampu mengusir kekakuan di antara kalian.

Tanpa basa-basi, Deby menatap langsung ke matamu. "Gue nggak mau buang-buang waktu, La. Gue mau tanya satu hal," ucapnya tegas. "Lo juga suka sama Dunia, kan?"

Pertanyaan itu membuatmu terdiam. Kamu menunduk, mencoba mencari jawaban yang tepat. Waktu seakan berjalan lambat saat kamu berpikir. Akhirnya, dengan suara pelan, kamu menjawab, "Nggak, gue nggak suka sama Dunia lebih dari teman."

Deby mendengus kecil. "Jangan bohong, La. Gue juga perempuan. Gue bisa lihat cara lo mandang dia. Itu bukan pandangan seorang teman biasa."

Kamu menghela napas, merasa terpojok. "Deb, gue serius. Gue nggak ada perasaan apa-apa sama Dunia. Elo cuma salah paham."

Deby menatapmu tajam. "Gue nggak butuh penjelasan. Kalau lo nggak mau ngaku, terserah. Tapi gue kasih tahu satu hal. Kalau lo nggak jauhin Dunia, gue bakal datengin Ben dan cerita semuanya. Dan gimanapun caranya, gue gak akan lepasin Dunia."

Ancaman itu membuatmu terdiam. Kamu tahu betapa pentingnya menjaga hubunganmu dengan Ben, dan kabar ini bisa menghancurkan segalanya.

Melihat reaksimu, Deby tersenyum sinis. "Gue harap lo ngerti posisi lo sekarang."

Tanpa menunggu jawaban, Deby bangkit dari kursinya. "Gue pergi dulu. Ingat omongan gue." Dia melangkah pergi, meninggalkanmu yang masih terpaku di tempat.

***

Lalu di kampus, saat kamu berjalan menuju kelas, Dunia tiba-tiba muncul di hadapanmu. Wajahnya tampak serius, dan ada keinginan kuat di matanya untuk berbicara.

"La, kita perlu ngomong," ujarnya sambil menatapmu dalam.

Kamu ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Kita ngomong di sini aja."

Dunia menggeleng. "Kita cari tempat yang lain."

Lihat selengkapnya