"Flight attendant, ten minute to land," ucap sang pilot kepada kru kabin.
Pesawat semakin bergerak turun hingga ketinggian di bawah 10.000 feet. Pilot dan kopilot sama-sama berkonsentrasi penuh. Mata tajamnya fokus dengan tangan erat memegang kemudi.
"Cabin ready for landing." Terdengar balasan dari kru kabin.
Sebuah angka terpampang di ujung landasan pacu bandara. Runway, tempat di mana pesawat mengambil ancang-ancang untuk take off atau landing. Getaran terasa, tanda pesawat sudah mendarat dengan selamat.
"Good landing captain Rayhan," puji kopilot Nico.
"Thanks, Capt," balas Rayhan sambil tersenyum.
Kini Rayhan dapat bernapas lega, dia melemaskan otot-ototnya yang tegang setelah beberapa menit harus berkonsentrasi penuh. Menjamin keselamatan dirinya dan seluruh penumpang pesawat yang dikemudikannya.
Kedatangannya lebih awal lima belas menit dari waktu yang dijadwalkan, sehingga kru yang terbang bersamanya memiliki waktu lebih untuk beristirahat sebelum melanjutkan flight berikutnya ke kota lain.
Masih di dalam kokpit, Rayhan membuka ponselnya. Menghilangkan mode pesawat di layar datar itu. Banyak pemberitahuan dan pesan yang diterima. Dahinya mengerut ketika membaca pesan dari sang adik, Diana.
Diana
- Selesai tugas, ada hal penting yang mau aku sampaikan tentang Rara. Aku tunggu di rumah, miss you kak. -
Rayhan turun dari pesawat dan langsung menaiki mobil jemputan khusus kru yang akan membawanya menuju tempat penginapan, untuk beristirahat sejenak sebelum melakukan tugas penerbangan selanjutnya. Di dalam mobil, dia segera membalas pesan Diana.
Rayhan