SELECTIVE LOVE

Oliphiana Cubbytaa
Chapter #3

KONSULTASI

Seorang psikolog bukanlah dokter medis. Dia hanya seorang tenaga ahli bidang kesehatan mental, karena itu psikolog tidaklah bisa meresepkan obat.

Layanan pengobatan yang bisa diberikan psikolog hanya seputar konsultasi dan psikoterapi psikologis yang berfokus pada hubungan antara akar masalah, pola pikir, dan perilaku.

Dengan menjadi psikolog, Milea merasa bersyukur. Saat masalah hidup menghimpit, dia merasa tidak sendiri. Malah terkadang lebih banyak bersyukur, karena kisah dirinya tidak lebih tragis dari kisah-kisah pasien yang pernah berkonsultasi dengannya.

Sudah tiga tahun ini, klinik tempatnya bekerja menjalin kerjasama dengan beberapa sekolah swasta. Terutama pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Kami diminta mendampingi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.

"Bagaimana pertemuan kemarin dengan walinya Rara?" tanya ibu guru Dewi saat mereka bertemu di lobby sekolah.

"Rencananya mau jadwal ulang pertemuan. Kemarin yang datang tantenya, jadi nunggu Ayahnya Rara senggang. Maklum, pilot jam terbangnya padat," jawab Milea menjelaskan. Bu Dewi adalah wali kelas Rara, yang merupakan murid spesialnya.

PAUD Al Mumtaza salah satu sekolah yang menyediakan layanan konsultasi psikolog bagi peserta didiknya. Dua hari dalam sepekan, Milea akan standby di sana.

"Sudah berapa kali Bunda bertemu ayahnya Rara?" tanya Bu Dewi selanjutnya. Sekolah itu menggunakan panggilan Bunda untuk memanggil setiap ibu guru dan karyawati yang bekerja di sana.

"Sepertinya tiga kali. Awal saat observasi calon siswa, saat konsultasi pertama, dan pernah sekali ketemu di luar sekolah."

"Ayahnya Rara ganteng banget ya, Bun. Apa kebanyakan pilot memang ganteng ya, Bun?" tanya Bu Dewi sambil terkekeh. Mungkin juga sambil membayangkan wajah tampannya.

Milea akui, ayah Rara memang tampan. Dia memiliki postur tubuh tegap dan tinggi. Garis wajahnya tegas, hidung mancung, dan memiliki rambut-rambut halus di sekitar rahang sehingga terkesan manly.

"Saya kaget loh, pas tahu ternyata beliau itu cuma ayah angkat dan masih single pula," lanjut bu Dewi masih dengan antusias membahas wali murid siswanya.

Perbincangan tentang Rara dan ayahnya memang sedang menjadi hot topik di sekolah. Selain karena kondisi sang anak yang spesial, juga karena kondisi keluarga mereka yang tidak seperti umumnya keluarga siswa yang lain. Milea jadi teringat pertemuan terakhirnya dengan ayah Rara ini.

Seminggu yang lalu ...

Saat itu ponselnya mati, terpaksa Milea menggunakan angkutan umum untuk pulang ke rumah. Di perjalanan pulang, suara azan Magrib terdengar menggema di udara, sehingga dia putuskan mampir ke masjid terdekat untuk melaksanakan salat.

Seusai salat, gerimis yang awalnya rintik-rintik kecil berubah menjadi hujan deras. Tidak siap payung, Maira memilih berteduh, menunggu hujan reda di teras masjid sambil murajaah [1] bacaan Al Qur’an-nya. Seorang anak kecil tiba-tiba muncul sambil menyodorkan sebuah payung dan kertas notes untuknya.

"Eh, payung siapa ini, Dik?"

"Ini buat kakak, dari Bapak yang ada di mobil itu," jawab sang anak sambil jarinya menunjuk ke suatu tempat.

Lihat selengkapnya