Tumpukan kertas di meja kerja Hana mulai menggunung. Diliriknya jam dinding dihadapannya.
“Masih jam sepuluh, ruang fotokopi pasti masih penuh. Nanti sajalah aku fotokopi berkas-berkas ini” gumam Hana. Tak lama, telepon dimejanya berdering.
“Hana, Pak Vincent dari PT. Perkasa Putra sedang dalam perjalanan kesini. Tolong kamu bawa kesini salinan perjanjiannya ya!” perintah Bu Laura, seorang Direktur Operasional kepada Hana, salah seorang sekretaris pribadinya.
“Ya bu, setelah saya fotokopi akan saya serahkan” jawab Hana.
“Jadi dari tadi belum disiapkan?” tanya Bu Laura dengan sedikit kesal.
“Maaf Bu”
“Siapkan sekarang!” perintah Bu Laura sembari menutup telepon.
Segera Hana mengumpulkan beberapa berkas dan membawanya ke ruang fotokopi.
Seperti dugaan Hana, ruang fotokopi yang tak begitu luas masih dipenuhi oleh staf pemasaran.
“Mau fotokopi? Itu masih ada yang kosong di sebelah sana” ucap seorang staf pemasaran berbadan tinggi besar yang memakai kemeja biru sembari menunjuk mesin fotokopi disudut kanan ruangan.
Hana terdiam, keringat dinginnya mulai membasahi telapak tangan. Kaki dan tangannya terasa dingin membeku.