SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #9

SAD-9

Suasana pagi ini nyaris suram untuk Aruna dan Pak Adnan. Keduanya tak banyak bicara semenjak hari itu. Mereka nyaris tak bertegur sapa saat bertemu. Keduanya tak bicara bukan karena benci, tapi perasaan lain yang lebih cenderung pada kebimbangan atau luapan emosi terlalu menyayangi.

"Runa, kamu tau, Ziya sudah lahiran, loh," kata Bu Maryam memecah kesunyian di meja makan sebelum Aruna berangkat.

"Oh, iya?" jawab Aruna lesu.

Bu Maryam sedikit kecewa mendengar jawaban Aruna yang lesu. Tapi ia masih mencoba agar suasana suram ini berakhir.

"Besok kita jengukin, yuk !"

"Besok Runa mau ke acara nikahan temen, Bu," jawabnya masih dengan nada serupa.

"Oh, kalau gitu hari Minggunya aja, ya ?"

"Hmm ... Runa ga janji, ya," kata Aruna segera menyelesaikan sarapannya. "Runa berangkat ya, Bu." 

Walau Aruna belum bicara lagi dengan bapaknya sejak tempo hari, Aruna tetap mencium tangan bapaknya tanpa saling menatap. Keduanya terkekang emosi dan gengsi, padahal hati saling peduli.

Aruna sudah ditunggu Adrian di depan rumah. Hatinya tak berbunga seperti biasanya, karena ia masih dihinggapi kekhawatiran tentang nasib hubungannya dengan Adrian. Tapi setidaknya, pertemuan dengan Adrian hari ini bisa mengobati kerinduan yang sudah ia simpan karena beberapa hari tak bertemu sang kekasih.

Aruna memeluk Adrian dan menyandarkan kepalanya di punggung Adrian.

"Hei ... kenapa? Masih ngantuk, ya?" tanya Adrian yang sadar kekasihnya sedang tidak bersemangat.

"Memangnya kamu ga kangen, ga ketemu aku beberapa hari ini?" 

Adrian tersenyum senang mendengar pertanyaan Aruna. Ia hanya menyunggingkan senyum tanpa menjawab pertanyaan retoris itu, dan membiarkan kekasihnya bersandar sampai puas.

Sesampainya di kantor, Adrian tak lantas pamit.

"Masih ada waktu sebelum masuk. Kamu mau nemenin aku sarapan?" tanya Adrian.

Dengan senang hati Aruna menerima permintaan Adrian untuk menemaninya sarapan di kantin kantor. Semangkuk bubur beserta dua gelas teh hangat menjadi menu pilihan Adrian. Aruna dengan sabar menemani Adrian makan, sambil sesekali menyeruput teh hangatnya.

"Mau pesan sesuatu ga ?" tanya Adrian yang melihat raut Aruna benar-benar redup pagi ini.

Aruna menolak dengan senyum lesu. Ia menyuruh Adrian segera menghabiskan sarapannya sebelum Aruna masuk.

"Kamu sering telat sarapan, ya?" tanya Aruna saat Adrian selesai.

Adrian hanya tersenyum membenarkan.

"Sibuk boleh, tapi kesehatan harus tetap dijaga," nasihat Aruna.

"Iya. Aku terlalu bersemangat ikut event ini. Rasanya, ini seperti jalan yang diberi Tuhan untuk usaha aku, jadi aku ga mau setengah-setengah," ucap Adrian masih menyuguhkan senyum untuk Aruna.

Lihat selengkapnya