SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #11

SAD-11

Aruna nyaris ingin menghindar dari pertemuan mereka kali ini. Bagaimana tidak? Dua kali bertemu di luar, kondisi Aruna sedang tak baik. Pertama, saat ia kesiangan karena ojek online yang ia pesan harus mengalami kempes ban, saat itu jelas ia melihat Aruna dengan ketusnya menyalahkan si driver ojek online. Dan, saat ini, keadaannya lebih buruk. Ia bertemu dalam kondisi wajah tak karuan. Riasannya luntur karena keringat dan air mata bercampur, rambut yang ditata berjam-jam berantakan tertiup angin, bahkan kali ini ia harus menerima bantuan untuk mengobati luka di lutut dan telapak tangannya yang lecet.

Afzan hanya membantu membukakan tutup air mineral untuk membersihkan sisa pasir jalanan yang menempel pada luka. Sisanya dilakukan sendiri oleh Aruna.

Mereka tak banyak bicara, hanya saling membantu. Taman kota di siang hari yang sepi menambah keheningan di antara keduanya. 

Aruna tak habis pikir, kenapa akhir-akhir ini Afzan bisa muncul dalam ceritanya. Aruna memutar otak, mengingat pertemuan pertamanya dengan Afzan di rumah. Kemudian ia sambungkan dengan ucapan Pak Adnan tentang harus menikah dengan pria yang sudah siap menikah. Aruna menggeleng tak mau opini cocokloginya benar.

"Nih, makasih!" tandasnya menyerahkan antiseptik cair yang sudah selesai ia pakai. Aruna masih terganggu dengan pemikirannya sendiri.

Afzan menerimanya, selanjutnya memberikan plester yang sudah dibuka. Tentu saja, Aruna yang menempelkan di lukanya. Wajah Aruna belum bisa menebar senyum pada siapa pun. Aruna menerima semua kebaikan Afzan dengan wajah kusut.

"Perlu saya antar pulang?" 

"Kamu pikir, saya bisa pulang sendiri dengan kondisi seperti ini?!" Suara Aruna terdengar parau. Ia sudah tak bertenaga untuk mencari alternatif lain, selain menerima bantuan Afzan.

Di perjalanan, tak ada yang bicara sama sekali. Dari spion motornya, Afzan sedikit melirik, melihat sekilas Aruna masih menyeka air matanya. Ia tak mau mencampuri urusan gadis yang baru ditemuinya beberapa kali ini.

Sampai di rumah, Pak Adnan yang sedang libur keluar mendengar suara motor yang asing di telinganya. Dia tahu bukan suara motor Adrian yang berhenti di depan rumahnya. Bergegas Pak Adnan keluar disusul Bu Maryam.

Sontak Bu Maryam terkejut melihat kondisi Aruna. Pak Adnan pun begitu, tapi ia lebih tenang. Aruna hanya menjawab jatuh saat ibunya bertanya dengan wajah cemas. Tanpa menjelaskan rinci permasalahannya.

"Bukannya kamu sama Adrian tadi?" tanya Pak Adnan.

Aruna tak menjawab dan melewati Pak Adnan begitu saja. Pak Adnan yang khawatir berusaha menanyakan kejadian sebenarnya dengan menahan Aruna. 

 "Ini semua gara-gara Bapak! Aku begini gara-gara Bapak!" Aruna berkata tegas dengan mata penuh air mata." Kalau Bapak ga minta yang aneh-aneh, aku ga akan begini. Bapak terlalu memaksakan keinginan Bapak tanpa ngertiin aku."

Afzan merasa tak seharusnya ada di sini, ada permasalahan keluarga yang tak berhubungan dengannya. Namun, ia bingung mencari cela untuk keluar dari situasi ini.

"Runa .." Bu Maryam berusaha menenangkan Aruna dengan mengelus bahunya. Bu Maryam berusaha memberi isyarat, kalau ada Afzan di sini. Bu Maryam sudah bisa membaca, aroma pertikaian akan terjadi di sini.

"Maaf, sepertinya saya harus pamit," sela Afzan berusaha mengambil kesempatan mundur.

"Pulang sana, jangan berharap aku mau menikah dengan kamu!"

Afzan dengan sikap tenangnya, tentu saja terkejut mendengar ucapan Aruna.

Pak Adnan seketika menampar Aruna, keras. Semua mata terbelalak menatap Aruna dengan pipi merona akibat tamparan ayahnya. Aruna menatap nanar pada Pak Adnan. 

Lihat selengkapnya