SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #20

SAD-20

Hari ini adalah hari pertama mereka kembali bekerja. Aruna masih sibuk dengan riasan wajahnya dan juga menyiapkan hati untuk menerima godaan Kirana dan Dimas, atau ucapan sinis yang membahas lagi kandasnya hubungan Aruna dan Adrian.

Sementara, Afzan sudah pamit sejak subuh. Namun, sebelum berangkat ia punya tugas rutin, memastikan istrinya sudah bangun untuk sholat subuh.

Tepat pukul tujuh, saat Aruna hendak keluar rumah sebuah pesan datang dari suaminya. Menanyakan apakah dirinya sudah berangkat. 

Saya lagi nunggu drivernya, tulis Aruna membalas pesan dari Afzan.

Afzan memang harus berangkat pagi-pagi sekali, bahkan saat istrinya masih lelap tertidur. Ia harus menyiapkan keperluan kedai sotonya sedari pagi. Dulu, ia leluasa mengerjakannya karena ia tinggal di ruko, namun kini ia harus berusaha lebih karena jarak menuju kedainya memerlukan waktu yang memangkas jatah waktu pembuatan bahan soto. Ia rela, demi kenyamanan sang istri.

Ada perasaan mengganjal di hatinya karena tak bisa mengantar Aruna ke kantor. Baru sehari saja, ia merasa menjadi suami yang tak bisa diandalkan.

Pada akhirnya, Afzan harus tetap meneruskan pekerjaannya walau digelayuti rasa bersalah. Seiring mentari semakin meninggi, ingin sekali ia menelpon Aruna. Memastikan ia sudah makan siang hari ini. Ia mengambil ponselnya dan mengetik nama kontak Aruna yang ia beri tanda love di belakangnya.

Suara telpon masih menghubungkan, tapi jantungnya sudah berdebar. Mirip anak muda yang sedang kasmaran. Lama, tak ada jawaban. Kini, ia sedikit kecewa. 

Kenapa, Mas?

Sebuah pesan datang setelah beberapa menit panggilan Afzan yang tak diangkat tadi. Senyum sedikit menghiasi wajah Afzan.

Sudah makan?

Klasik sekali. Pertanyaan orang yang sedang melakukan penjajakan biasanya begitu, kan?

Belum. Kerjaan numpuk setelah cuti.

Apa perlu saya kirimkan makanan?

Ga usah, kejauhan. Nanti saya makan, kok. Saya lanjut kerja, ya ...

Jawaban pesan dari Aruna membuat rasa bersalah itu muncul lagi.

Harusnya tadi Aruna dibuatkan bekal makan siang, begitu pikir Afzan yang menyesal. 

"Mas Afzan." Sebuah panggilan membuat Afzan harus meletakan ponselnya kembali.

Gadis manis berjilbab hitam yang berdiri di samping Afzan sudah memberikan senyum manis, siap memesan.

"Kangen banget, nih. Sama sotonya," ucapnya terjeda. 

Dia termasuk pelanggan setia di kedai Afzan selama beberapa bulan belakangan. Dia selalu manis menyapa Afzan setiap datang. Seminggu ini dia tak datang karena sedang sakit.

Lihat selengkapnya