Afzan dan Aruna baru beberapa minggu menikah, namun dalam hati Afzan sudah menyimpan banyak kekhawatiran. Hubungan mereka seperti jalan di tempat. Aruna tak banyak memberi perubahan dalam pernikahan mereka.
Aruna masih sering tertidur saat Afzan pulang. Walau kini Afzan sudah punya kunci cadangan rumah, tetap saja ia merasa sikap Aruna tak baik dibiarkan.
Malam itu, tidak seperti biasanya, Aruna belum tidur saat Afzan datang. Ia mendapati Aruna asik di depan laptopnya dengan tontonan kesukaannya.
"Eh, Mas Afzan sudah pulang. Maaf ga kedengaran," ucap Aruna seraya melepas earphone di telinganya. Tentu saja ia tak mendengar Afzan pulang.
Afzan menghela nafas, merasa ia harus segera bicara pada Aruna. Namun, ia rasa, ia harus membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Mungkin jika tubuhnya sudah segar, kepalanya akan lebih dingin memikirkan isi obrolannya nanti.
Nelangsa. Afzan ditinggal tidur oleh Aruna saat ia sedang membersihkan badan di kamar mandi. Lagi-lagi Afzan menghela nafas. Kemudian tidur dengan pasrah.
Keesokan harinya, di meja sarapan yang sudah tersedia sarapan. Aruna akhirnya mendapat teguran dari ibunya. Selama ini ibunya memperhatikan sikap Aruna terhadap Afzan.
“Runa, Ibu lihat kalau Mas Afzan pulang, kamu ga bangun?"
" Runa ngantuk banget, Bu."
"Suamimu, kan, sudah dari subuh berangkat kerja. Seenggaknya, kalau pulang ke rumah, disambut atuh."
Aruna tak membantah, karena nuraninya bilang ucapan sang ibu benar. Bahkan Aruna pernah dengar, bila suami pulang disambut senyum istri, lelah setelah seharian berjibaku dengan peluh akan hilang seketika. Entahlah, apakah itu benar. Aruna belum mendapat jawaban sebenarnya dari sang suami.
Aruna harus segera ke kantor, sekaligus menghindari ceramah Bu Maryam. Ojek onlinenya sudah menunggu di depan.
Sesampainya di kantor, Aruna segera memfokuskan pikirannya pada pekerjaan, agar perasaan bersalahnya buyar.
Dari seberang mejanya, ia melihat Kirana asik menatap layar ponselnya sambil tersenyum sendiri. Mengetuk rasa penasaran Aruna. Masa iya, sahabatnya nonton film berwarna biru?
"Nonton apa, lu?"
Kirana sedikit terkesiap, menggerutu dengan wajah kesal. Aruna melirik pada layar ponsel sahabatnya itu. Sepertinya sebuah video ceramah dari ustadz ternama yang sedang naik daun karena ceramahnya yang ringan dan gaul.
"Serius banget, sih," ujar Aruna heran tak bisa mendengar audio dari video yang ditonton Kirana, karena ia menggunakan earphone.
"Tonton, deh. Seru banget ceramahnya. Kisah romantis Rasulallah dan Siti Aisyah." Wajah Kirana merona dengan senyum sumringah.