SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #22

SAD-22

Siapa yang tahu kalau Aruna sungguh-sungguh ingin berjuang menumbuhkan perasaan untuk Afzan. Ia sering menunggu Afzan pulang walau sering juga ketiduran. Namun, bagi Afzan kemauan Aruna saja sudah menghibur kala lelah menyapa tubuhnya sepulang dari kedai.

Pukul 03.40 WIB.

Samar-samar mata Aruna yang masih enggan bangun melihat sosok Afzan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wangi sabun cair yang ia gunakan tercium oleh indera penciuman Aruna. Aruna tahu persis aroma bunga ini, favorit Aruna. Rambut Afzan basah dan sesekali ia kucek dengan handuk agar cepat kering. Padahal pengering rambut ada di sana, ia hanya tak ingin membangunkan Aruna.

Seusai sholat di sepertiga malam terakhir, ia bersiap untuk sholat berjamaah di masjid. Rutinitas yang jarang sekali Afzan tinggalkan. Dan itu yang membuat mertuanya sangat bangga. Pak Adnan jadi ikut rutin berjamaah sholat subuh dan dengan wajah bangga akan menepuk-nepuk pundak Afzan, memamerkan menantunya yang konsisten sholat subuh di masjid.

Saat pulang dari masjid, pemandangan biasa terlihat. Aruna masih berselimutkan kain tebal, tidur dengan nyamannya.

"Aruna, saya berangkat. Bangun, sholat subuh."

Aruna terkesiap mengingat azam dalam hatinya untuk bangun menyiapkan keperluan Afzan saat berangkat ke kedai. Namun ia terlambat. Afzan sudah siap hendak berangkat.

"Sudah mau berangkat? Aku kesiangan lagi, ya?"

"Tiap hari, kan kamu memang harus dibangunkan," ucap Afzan bergurau.

Aruna menekuk wajahnya.  

"Aku cuma mau liat kamu berangkat kerja."

Lagi-lagi. Afzan tak percaya dengan pendengarannya. Apa maksudnya, Aruna ingin bangun untuk menemaninya sebelum berangkat kerja? Afzan salah tingkah dengan kalimat yang barusan Aruna ucapkan. Hatinya mudah sekali bergetar saat Aruna menunjukan perhatian kecil.

"Yasudah, besok aja. Sekarang saya harus berangkat. "

Dari jendela kamarnya, ia bisa melihat Afzan berangkat dengan motor di tengah udara yang masih sangat dingin dan matahari masih lama menampakan wujudnya. Nurani hatinya terenyuh lagi. 

Selepas memastikan polesan riasannya rapi. Aruna segera bersiap berangkat. Ojek onlinenya sudah siap mengantar Aruna balapan dengan pengendara yang lain. Entah perasaan Aruna saja, atau memang pengemudi ojek ini terlalu arogan di jalanan. 

Di belokan yang ramai ia memaksa menyelinap di antara beberapa kendaraan lain, hingga terpaksa mengerem mendadak saat ada orang yang hendak melintas. Sayangnya, sang pengemudi tak bisa menahan motornya yang oleng. Mereka berdua jatuh ke aspal jalanan yang ramai. Nyaris menimbulkan kecelakaan lainnya.

Aruna mengaduh memegangi tangannya yang dipenuhi goresan hasil gesekan dengan aspal. Wajahnya tergores aspal juga. Pergelangan kakinya pun terasa nyeri. Beberapa orang segera menolong mereka dan membawa Aruna ke klinik terdekat. 

Aruna merasa ia tak bisa menghubungi orang tuanya, mereka bisa panik jika tahu Aruna mengalami kecelakaan, walau kecelakaan kecil. Aruna merasa harus menghubungi sosok yang sekarang bertanggung jawab atas dirinya.

"Mas, bisa jemput aku?" Aruna sedikit meringis menahan perih yang masih terasa di tangannya.

"Kamu kenapa?" Suara Afzan menyiratkan ia paham terjadi sesuatu pada istrinya.

Lihat selengkapnya