SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #26

SAD-26

Sengaja Afzan meliburkan kedai hari ini. Dia ingin fokus membereskan barang mereka secepatnya. Siapa kira, saat mobil pick-up tiba, tetangga Afzan, yang juga penghuni ruko, satu per satu menghampiri Afzan dan suka rela membantu Afzan menaikan semua barang yang kebanyakan milik Aruna ke lantai dua ruko miliknya. 

"Tadi yang bantuin banyak banget. Kamu kenal mereka semua, Mas?" Aruna duduk di sofa di ruang tengah ruangan itu. Mengamati sekitar untuk kedua kalinya.

"Alhamdulillah. Mereka tetangga sekitar sini." 

Aruna tak melanjutkan obrolan tentang tetangga yang akan jadi tetangganya juga. Ia beranjak bangun menuju kamar tidur. 

"Aku boleh masuk, kan?"

Afzan hanya tersenyum mempersilahkan. 

Aruna berjalan memasuki kamarnya, kini. Jauh berbeda tentunya. Lebih kecil dan tak banyak barang, setidaknya sekarang. Kasurnya terlihat baru, padahal saat Aruna kesini, bukan kasur ini yang ia lihat.

Afzan ingin kasur baru yang lebih empuk untuk istrinya. Setidaknya kenyamanan yang ia dapat saat tidur, ia dapat juga di sini. 

Aruna berencana memasukan bajunya ke dalam lemari. Lemari dua pintu dengan empat sekat lebar, dan satu ruangan khusus untuk menggantung baju. Aruna sudah berpikir lemari ini tak akan cukup untuk baju mereka. Kemarin, Afzan pasti hanya membawa separuh bajunya ke rumah Aruna. Yang Aruna lihat, baju yang ia kenakan itu-itu saja. Kaos polos atau terkadang kemeja flanel lengan panjang yang kalau tidak salah hanya ada tiga di lemarinya.

Aruna membuka pintu lemari dihadapannya, hanya ada beberapa pakaian, sarung dan topi. Beberapa detik Aruna membantu menatap lemari yang lenggang itu. Jadi, baju Afzan hanya yang ia tahu selama tinggal bersamanya?

Aruna mengangkat bahu tak mau ambil using perkara pakaian. Ia melanjutkan niatnya untuk merapikan lemari. 

Kamar ini tak banyak dipenuhi barang. Hanya ada lemari, kasur, meja kerja serta sebuah rak buku kecil di sampingnya.

Setelah beberapa lama, Aruna selesai membereskan barangnya yang ia letakan sesuai keinginan hatinya. 

Kini ia merambah area dapur yang sangat minimalis. Afzan lebih sering menggunakan dapur di lantai bawah sekalian meracik kuah soto. Dapur ini hanya ia gunakan untuk memasak mie saat lapar di malam hari dan sedang tak ingin keluar rumah.

Aruna menenteng tas besar berisi persediaan camilannya. Kulkas satu pintu di dapur Afzan kini terisi penuh oleh makanan dan minuman. 

Sejenak Aruna beristirahat seusai memenuhi kulkas yang kosong, ia merebahkan diri di kasur empuk yang masih baru.

Baru saja kepalanya menyentuh kasur, suara bor listrik terdengar berusaha melubangi dinding. Ia tak bisa mendengar suara berisik di waktu istirahatnya.

"Mas, mau pasang apa?" Suara Aruna bersautan dengan suara bising dari bor listrik. 

Afzan berhenti, menatap Aruna dengan senyum mengembang. Pas sekali.

"Boleh minta tolong? Ambilkan foto kita." Afzan menunjuk dengan matanya ke arah figura besar yang berada tepat di samping kakinya.

Lihat selengkapnya