SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #30

SAD-30

Saat memutuskan menerima permintaan Aruna untuk menikahinya. Afzan bergulat dengan pikirannya sendiri. Seakan saling memaksa. Yang satu bilang, terima saja supaya orang tuamu tak cemas lagi. Namun yang lain bilang, kamu akan terluka lagi. Afzan dalam kegelisahannya berdoa lirih pada Sang Pemilik Hati, "seandainya dia bisa tulus menerima kekuranganku, maka aku akan menjaganya sepenuh jiwaku."

Doa itu diijabah dengan pernyataan Aruna yang tak mempermasalahkan masa lalu Afzan. Walau ia tahu Aruna masih menyimpan rasanya untuk pria lain, Afzan bersyukur tak pernah ada kata terucap dari lisan Aruna tentang masa lalunya. Afzan hanya akan berusaha mencintainya dan meminta Tuhan melabuhkan cinta di hati Aruna juga. 

Afzan hanya berusaha mencintai. Karena selepas akad, cinta tertuju sepenuhnya untuk Aruna. Seperti arus air yang deras, mengalir penuh semangat mencari lautnya. Hanya menuju lautnya. Tak ada gadis di masa lalu, ataupun yang lain. Hanya Aruna.

 

===

 

"Aku mampir makan, sama Kirana, sama Dimas juga." 

Aruna mengabari kalau dia akan pulang terlambat karena ingin makan bersama dua sahabatnya. Mereka sengaja mampir ke kedai bakso langganan mereka yang beberapa bulan ini sudah mereka kunjungi. Kesibukan kerja dan masalah pribadi membuat mereka lupa lezatnya bakso di sana.

Aruna sudah bilang untuk menjemputnya di kedai bakso yang tak jauh dari kantor.

Cukup ramai di jam pulang kerja. Peminat bakso memang tak mengenal waktu untuk menikmatinya. Kapan saja dirasa jadi waktu yang tepat untuk menikmati kuah kaldu sapi dengan campuran sambal ekstra pedas.

“Akhirnya ke sini lagi." Dimas siap menyantap bakso komplit dengan kuah merah.

"Gila, lu ngabisin sambel abangnya!" protes Kirana.

"Dia memang harus bayar ekstra," Aruna menambahkan.

Mereka seperti baru bertemu bakso setelah bertahun lamanya. Ketiganya nyaris tak banyak bicara, menikmati setiap kunyahan bakso yang kenyal. Dan menyeruput kering kuah kaldu yang pas di lidah.

"Alhamdulillah."

Kirana lebih dulu habis, sementara yang lain masih berusaha menghabiskan bakso yang tinggal beberapa suapan, namun harus terjegal pedas.

"Boleh duduk di sini?"

Mendadak, suara pria itu membuat degup jantung Aruna tak tenang. Dimas dan Kirana yang melihatnya ikut terkesiap.

"Eh, bo-boleh, kan?" Aruna terbata menjawab.

Dengan segera Adrian duduk di samping Aruna. Dia sudah memesan semangkuk bakso dengan mie kuning saja. Masih sama seperti dulu.

"Adrian, lu lagi ngapain di sini?" Kirana berusaha memecahkan kecanggungan yang terjadi.

"Oh, lagi ... pengen ke sini aja. Kangen."

Lihat selengkapnya