SELEPAS AKAD DENGANMU

Lail Arrubiya
Chapter #35

SAD-35

Aruna sedang mengerang menahan sakit di area perutnya. Padahal tangannya yang terluka. Kirana yang panik langsung menelpon Afzan dari ponsel Aruna saat sahabatnya mendapat penanganan di klinik terdekat.

"Assalamualaikum."

Afzan tertegun, tahu betul ini bukan suara istrinya. 

"Mas Afzan, ini Kirana. Eh, tadi Aruna jatuh, hampir keserempet motor, tapi ..."

"Aruna di mana sekarang?" Afzan menyergah panik.

"Di klinik dekat kantor."

Belum Kirana mengucap salam, Afzan sudah menutup telponnya. Afzan sudah panik mendengar Aruna terserempet motor. Ia ingat betul saat Aruna jatuh dari motor. Melihat Aruna kesakitan, hatinya ikut tersayat. Dengan laju motor yang kencang, Afzan melesat menuju klinik dekat kantor. 

Sesampainya di klinik. Dimas menunggu di luar. Menghampiri Afzan segera.

"Mas Afzan," Dimas menyela Afzan yang hendak masuk. " Eh, maaf, tadi dokternya bilang kalau Aruna ..."

"Aruna kenapa?" Mata Afzan sudah terbelalak panik mendengar ucapan Dimas yang terbata.

"Tadi, Kemala, kecelakaan dan ... meninggal di tempat. Jadi, Aruna masih shock. Dokter bilang, jangan bikin Aruna makin panik."

Dimas mendapat mandat dari Kirana untuk menenangkan Afzan sebelum masuk. Kirana sudah menduga Afzan akan sangat panik. Ia tahu masalah kecemasan yang diidap Afzan dari Aruna. Apalagi itu mengenai istri kesayangannya.

Afzan meminta Dimas menjelaskan kronologi kecelakaan yang dialami Kemala dan kondisi Aruna sekarang. Setelah mendengar cerita Dimas, Afzan menghela nafas mengatur emosinya. Perlahan masuk.

Ia melihat Aruna dengan mata basahnya, dalam pelukan Kirana. 

"Mas ..." Kini giliran Afzan yang ia peluk. Air matanya makin deras saat dipelukan Afzan.

Afzan hanya mengelus rambut Aruna.

"Maafin aku, ya? Ini pasti tulah karena sudah marah-marah sama kamu."

"Nggak, ini bukan tulah. Ini musibah.”

Kirana memilih keluar membiarkan mereka bicara berdua. 

“Kalau Rana ga narik aku, mungkin aku yang ada di posisi Kemala sekarang."

"Jangan bilang begitu," sela Afzan lembut.

"Aku takut, Mas." Suaranya parau karena menangis sedari tadi.

"Istighfar, ya," bisik Afzan pelan sambil terus mengelus rambut Aruna.

Decitan pintu membuat mereka melepaskan pelukannya. Aruna yang mulai tenang menghapus air matanya.

“Loh, kok, nangis lagi?" Dokter wanita yang menangani Aruna menghampiri mereka. "Nanti kontraksi lagi."

"Kontraksi?" gumam Afzan.

"Oh, ini suaminya, ya?"

Afzan mengangguk bingung mendengar kata kontraksi yang biasanya lebih sering diucapkan untuk wanita yang sedang mengandung.

"Selamat, ya, Pak. Istri bapak sedang hamil."

Lihat selengkapnya