Kisah cinta mereka belum berakhir. Masih banyak cerita yang akan tercipta, baik suka maupun duka. Namun mari kita sedikit ceritakan kebahagiaan mereka saja. Kali ini, dunia cukup tahu indahnya saja.
Kalian ingat terakhir kali Rizwan bicara akan menemui bundanya Kirana. Semalaman dia tak bisa tidur, memilih baju mana yang cocok untuk menemui calon mertuanya. Padahal tumpukan baju di lemarinya nyaris sama. Kaos dan kemeja dengan warna-warna gelap. Lalu kalimat apa yang harus ia ucapkan, bahkan sampai berlatih berekspresi lebih kalem.
Yang dikhawatirkan Rizwan ternyata tak terjadi. Saat bertemu, Bunda Kirana sungguh sangat santai orangnya. Rizwan saja yang terlalu tegang. Bahkan Medina bisa cepat dekat dengan calon neneknya itu.
Tak ada halangan berarti untuk mereka melanjutkan ke jenjang serius. Bunda dengan hati lapang menerima Rizwan sebagai menantunya, dengan statusnya dan keadaannya. Hanya satu dua tetangga yang mulutnya usil membicarakan status dan pekerjaan Rizwan. Kirana dan Bundanya bukan orang yang terlalu peduli dengan omongan tetangga yang tak ada untungnya itu.
Tak butuh waktu lama, mereka menikah. Sederhana namun sangat khidmat. Linangan air mata membanjiri acara ijab qobul. Paman Kirana dari pihak ayahnya menjadi wali nikah Kirana.
Hanya Medina yang sama sekali tak menampakan wajah sendunya hari itu. Dia sumringah duduk di sebelah Kirana, menggenggam erat tangan orang yang sudah dianggap Bundanya sendiri.
Ada yang berbahagia juga di sana. Pasangan yang baru saja diterpa badai rumah tangga, hadir dengan pakaian senada, dibalut senyum mengembang. Gandengan tangan Aruna tak lepas dari tangan Afzan. Sesekali menyeka air mata selepas acara akad. Melihat sahabat terbaiknya bisa mewujudkan impian menikah dengan lelaki pilihan hatinya, sungguh membuat Aruna terharu. Ia menangis sejak Kirana duduk berdampingan dengan Rizwan dan Medina siap menyatukan ikrar janji suci.
"Hei, Sayang ... nangisnya sudah dulu," bisik Afzan kemudian menyeka air mata yang sudah membasahi pipi Aruna. Sedikit membasahi jilbab yang ia kenakan.
Iya, kini Aruna mantap berhijab. Setelah badai kemarin ia banyak menyadari taat pada suaminya membawa banyak kebaikan. Ia memang masih sulit mengubah sikap mudah marahnya, tapi perlahan ia pasti berubah, dengan bimbingan suaminya.
Tak lama setelah pernikahan Kirana, Tuhan menitipkan lagi anugerah terindah di rahim Aruna. Kali ini, Aruna juga mantap mengundurkan diri dari kantornya. Keputusan ini tak jadi keputusan berat lagi baginya, ringan saja ia mengambil keputusan, begitu tahu sedang ada manusia kecil dalam rahimnya.
"Kamu ga menyesal harus resign?"