Selepas Hilang

Fiya Amzya
Chapter #1

#1

Ruang kamar itu tampak rapih dengan cat berwarna putih, terdapat satu lemari besar, tempat tidur, meja kecil disamping tempat tidur dan meja belajar yang berada di sudut ruangan yang di atasnya dimodifikasi menjadi rak buku oleh pemiliknya. Berbagai koleksi buku terpampang nyata seolah menunjukkan siapa dia dari sisi wawasannya. Pada bagian depan tempat tidurnya terdapat tembok yang terbuat dari kaca, yang menembus sebuah balkon kamar dan juga pemandangan komplek perumahan yang sebenarnya terlihat biasa saja, namun setiap kali matahari mulai tenggelam dapat terlihat sangat jelas bagaimana mulai dan akhirnya,  hanya dengan tenggelam dalam posisi berbaring dapat menikmati salah satu wujud semesta. Pemiliknya sedang bersenandung ria dengan gerak gerik tangannya yang lihai menggerakan mouse, pagi itu setelah subuh dan membersihkan diri, dia mengerjakan kembali proyek tugas kuliahnya sampai matahari tak lagi malu menampakkan wujudnya. Matanya sangat serius menatap layar laptopnya, dahinya terkadang mendadak mengerut memikirkan ide-ide yang harus ditanamkan dalam sebuah desain yang sedang ia buat. Warna warni warna sudah menjadi makanannya setiap hari, bentuk-bentuk aneh sudah dibuatnya setiap waktu. Tiga jam kemudian, dia melirik jam yang berada di laptopnya, lantas ia langsung buru-buru membereskan semuanya untuk pergi kuliah. Seperti biasa, tak lupa ia menggulung kemeja yang ia pakai, mengenakan jam tangan berwarna hitam di lengan kirinya. Dia kenakan sepatu berwarna merah marun yang serasi dengan warna kemeja motif kotaknya. Tak lupa ia berpamitan dengan sang ibundanya, meminta doa restu agar selalu selamat dan mendapatkan manfaat dari proses belajarnya. Ia kenakan motor metik berwarna hitam, menelusuri setiap jalanan yang padat menuju kampusnya, sesampainya disana, jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, ia berlari dengan kecepatan semampunya, hingga ketika tiba di kelas, belum ada mahasiswa yang terlihat dalam ruangan, ruangan tampak lengang tak ada satu pun orang yang dilihatnya. Ia mencari-cari ponselnya, namun ternyata tak terbawa, tertinggal di rumah. Ia mencari cara untuk menghubungi salah satu temannya dengan meminjam ponsel orang lain.

"Eh, maaf, boleh pinjam handphone-nya buat menghubungi teman nggak?"Ucapnya ketika meminta bantuan pada adik tingkatnya yang sedang duduk di lorong koridor.

"Duh kenapa emang handphone lo ka? Nggak punya kuota? Soalnya gua juga ga punya kuota nih, kayanya kita sama-sama kere deh"Balasnya laki-laki itu, laki-laki yang sangat dikenal pria itu, adik kelas yang sering menjadi kepanitiaan kampus.

"Eh, ya udah kak Ahsan pakai hape Usfi aja ya. Fi pinjemin tuh"Lanjutnya, kemudian temannya yang bernama Usfi itu menyodorkan ponselnya kepada Ahsan. Ahsan mengetik nomor temannya yang ia ingat, tepatnya sahabatnya yang juga satu kelas dengannya.

"Hallo, eh lu dimana? Gue Ahsan! Kelas kok kosong sih?"Ucap Ahsan yang sudah mulai kesal.

"lho, kan dosennya ga masuk bro, emang ga baca grup? Kebiasaan ya lu, tugasnya dikumpulin lewat email"Sahut suara laki-laki diseberang sana. Ahsan terlihat sedikit geram, sembari mengelus dadanya agar emosinya bisa terkendali. Iya, ini memang salah dirinya yang tak membaca grup sebelum berangkat kuliah tadi. Kebiasaan.

"Ya udah, makasih ya vin"Ucap Ahsan

"Terus sekarang lu mau kemana?"

"Paling rapat BEM, satu jam lagi sih, tapi ya santai aja nanti gue ke perpustakaan dulu. Ya udah ya, ini gue handphone minjem, jadi ga bisa lama-lama. Dahh"Ucap Ahsan lalu memencet tombol merah pada layar ponsel milik Usfi.

" Lu mau ke perpus kak? Ini temen gue Usfi juga mau ke perpus, lu bareng aja sama dia ya ka"

Seketika perempuan bernama Usfi tersebut hendak mengatakan sesuatu, namun seperti tertahan. Ahsan melihat Usfi dari ujung kepala sampai kaki, lalu mengangguk pelan.

"Boleh deh, yuk. Ini makasih ya udah minjemin" Ucap Ahsan menyodorkan ponsel tersebut kepada pemiliknya.

"Sama-sama, kak"

Ahsan dan Usfi berjalan berdampingan menyusuri koridor fakultas, butuh waktu 10 menit untuk sampai di gedung perpustakaan pusat kampus.

"Kamu jurusan komunikasi juga?" Tanya Ahsan, Usfi mengangguk pelan, kemudian menundukkan wajahnya.

"iya, kak"ujarnya. Ahsan melirik Usfi yang terlihat salah tingkah berjalan di sampingnya, ia juga menyadari bahwa jaraknya dengan Usfi semakin menjauh, meski tetap berdampingan.

" lu kenapa sih? Takut atau gimana sih? "Ucap Ahsan penasaran.

" Eng.. Enggak kok kak"Jawab Usfi terbata-bata. Ahsan mendekatkan dirinya dengan Usfi, hingga ekspresi Usfi semakin takut dan memejamkan matanya. Sementara Ahsan mengerutkan keningnya, merasa semakin heran.

Lihat selengkapnya