Ini kali terakhir aku berbicara dengan mu. Ini kali terakhir juga aku mengingatmu sebagai seseorang yang pernah mengisi hariku.
Aku tak pernah membencimu karena hari ini aku sadar, terkadang ada yang memang tidak bisa dipaksakan seperti hubungan kita, maka mulai sekarang, kamu hanyalah topik ikhlas ku yang paling dominan. Entah bersama siapapun kamu nantinya, semoga kamu bahagia..
💕
Hari ini kak Balya akan berangkat menuju ke Belanda, meski begitu, entah kenapa mataku seperti enggan terbuka, sedang hatiku meronta, ditambah bunyi Hp terus saja berdering menandakan Tlp masuk sehingga akupun mengalah pada dia, seseorang yang tengah sedang menelfon iku.
‘’Hallo ada apa?’’ mataku sedikit memicing akibat sinar matahari yang menerobos masuk kecelah-celah candela yang tertutup gorden.
‘’Assalamualaikum Ra?’’ aku di kagetkan dengan suara cempreng dan menggelegar.
 ‘’Waalakum salam, haduh biasa aja kali Nel, gak usah ngegas.’’ protesku padanya.
‘’Hehhehe, sorry.’’
‘’Iya, ada apa sih, Tlp sepagi ini, lagi gabut ya anda??’’
‘’Ye, enak aja lo, justru aku mau bangunin lo hari ini.’’
‘’Emang ada apa hah, sampai-sampai nyonya Nely menelfon ku sepagi ini, BTW sepenting apasih sampai-sampai ganggu orang lagi tidur aja.’’
’’Astagfirullah, Ara, pliss deh sekarang ini udah pagi, dan kamu cepet-cepet mandi.’’
‘’Kok nyuruh-nyuruh sih.’’
‘’Ya ampun Ara, inget sekarang ini hari apa?’’
 ‘’Hari sabtu.’’
‘’Lalu?’’
 ‘’Ya waktunya aku tidur sepuasnya.’’
‘’Ih, tolol banget sih nih anak, heh, sekarang itu kak Balya mau berangkat dan lo gak mau nganter gitu ke Bandara?’’
‘’Haduh, Nely plis deh, aku dan kak Balya itu udah gak ada hubungan apa-apa lagi, jadi ngapain aku nganterin dia ke Bandara.’’
‘’Yassalam, perpisahan kek, apa gitu, lagian apa sih alasannya kenapa kalian bisa putus?’’
‘’Panjang ceritanya dan aku gak mau nyeritain karena terlalu rumit, biar nanti aku buat novel saja.’’
 ‘’Idih males, siapa juga entar yang mau baca novelmu, gak penting banget.’’
‘’Ah, ya udah gak usah bahas dia lagi kalau gitu, bikin pagiku malah hancur begini jadinya.’’
‘’Heh pokoknya kamu harus mandi, habis ini aku OTW ke rumahmu, kita bakal nganter kak Balya ke Bandara pokoknya, lagian pengurus inti PMII juga ikut nganterin kok.’’
‘’Ah, bodoh, malas!’’ terangku lalu mematikan sambungannya dan memilih tertidur kembali, jujur hari ini aku lebih memilih tertidur dari pada membuka mata, karena yang pertama, sejak tadi malam, mataku belum juga terpejam, lalu yang kedua, di hari ini, kak Balya akan pergi, jadi mana kuat aku melihat kenyataan pahit, biarlah aku memilih tertidur meski sepenuhnya aku enggan terpejam.
Namun tak lama kemudian si Nely membuka pintu kamar ku dengan keras sambil berteriak.