Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #3

BERAWAL DARI PASWORD #2

Jangan terlalu dekat, takutnya aku terpikat, sedang kamu hanya numpang istirahat, kan jadi aku yang skakmat!

Bunyi alarm jam baker berdenting memenuhi seisi ruang kamar yang tidak terlalu besar dan juga tidak bisa disebut terlalu kecil, karena memang ukurannya pas bagi diriku dengan prabotan kamar bernuansa biru laut.

Bunyi Alarm terus saja memanggil agar segera bangun dari yang sudah di atur waktunya. Namun masih saja aku tertidur dengan lelap membuat kebisikan pada pagi hari. Sebenarnya aku sudah bangun tadi subuh, namun setelah melaksanakan solat Subuh, biasanya aku tertidur Kembali memanfaatkan waktu meski sedikit, jadi wajar jika misal aku selalu kesiangan saat bagun yang kedua kalinya dan seperti biasa akupun bergegas menuju ke kamar mandi.

Hari ini adalah hari di mana aku telah resmi menjadi Mahasiswa yang katanya Mahasiswa itu yang selalu berani menyuarakan hati nurani, mungkin bagi sebagian orang hal inilah yang paling membahagiakan, banyak sekali kebebasan yang memang akan menjadi kebiasaan bagi setiap orang yang bergelar Mahasiswa, begitupun diriku, masuk di Universitas ternama juga membuatku merasa bahagia sekaligus bangga, tapi itu semua hanya sebuah ilusi saja rupanya karena pada kenyataannya dunia kuliah tidak seindah pada drama FTV.

Kelas Pak Syaiful disambut dengan tenang oleh Mahasiswa terkhusus diriku, mata pelajaran Komunikasi Dasar memang pelajaran yang harus dikuasai oleh Mahasiswa terkhusus Mahasiswa jurusan Komunikasi. Namun Kelas yang awalnya hening tak bersuara hanya Pak Syaiful yang sejak dari tadi berbicara menerangkan mata pelajarannya tiba-tiba terhenti karena mendapati ketokan pintu.

‘’Tok-tok-tok’’ permisi Pak, maaf sebelumnya, boleh bicara dengan Mahasiswi Bapak?’’

‘’Oh mau ada acara ya, Ya?’’

‘’oh tidak Pak, cuman ada masalah sedikit, oh iya boleh ya Pak saya pinjam salah satu Mahasiswinya dulu Pak?’’

‘’Oh boleh Ya, yang mana?’’

‘’Yang pakai kerudung merah jambu Pak’’ beberapa Mahasiswi mulai mengecek kerudungnya masing-masing, tapi tidak dengan diriku, aku memlih membuka Whatsapp dari pada mendengar pembicaraan mereka.

‘’Mana Ya? Ada 5 yang makai krudung merah jambu’’ Pak Syaiful mulai mengecek satu persatu Mahasiswinya yang berkurudung merah jambu tersebut.

‘’Itu Pak yang duduk di kursi No dua dari arah kiri’’

Awalnya aku tidak peduli saat Bapak Syaiful dan si mantan Ketua Panitia PMB itu berbicara, namun niatan ku urung karena semua sorotan mata tertuju kepada ku, sehingga mau tidak mau aku meminta penjelasan lewat tatapan mata pada si mantan Ketua PMB tersebut, namun dia hanya mengembangkan senyum padaku rupanya.

‘’Ih itu, Ara’’ pungkas Pak Syaiful.

‘’Aku kak?’’ aku memastikan kembali lengkap dengan beberapa kerutan di dahi sambil menunjuk diriku sendiri.

’Iya kamu’’ pungkasnya menunjukku.

‘’Ya sudah Pak, saya izin bawa Mahasiswinya sebentar ya Pak, Assalamualaikum’’

‘’Oh iya, Waalaikum Salam’’

Segera saja aku mengekori si mantan Ketua PMB itu sambil sedikit berlari karena langkahnya terlalu besar dengan ukuran panjang kakiku.

‘’Maaf kak, apakah langkahnya tidak boleh pelan sedikit?’’ ku beranikan diri untuk mengatakan itu meski terlihat ragu-ragu. Namun bukannya berjalan dengan pelan akan tetapi dia malah berhenti dari langkahnya.

‘’Kenapa berhenti kak?’’ tanyaku lagi.

 ‘’Udah selesai’’

Lihat selengkapnya