Bukan cinta yang rumit, tapi kamulah yang rumit, makanya jangan rumit-rumit, biar aku tidak minta pamit.
Malam dengan begitu sejuta bintang yang bertaburan, bulan pun juga menghiasi langit sehingga menambah kesan indah untuk di pandang, mataku terus saja menatapnya dari bilik cendela, memang sengaja kali ini cendela kamar belum juga aku tutup membiarkan udara masuk dengan penghalang tirai putih. sehingga ia ikut terbawa oleh angin kadang hampir menutupi wajahku, namun meski begitu, sinar bintang dan bulan pun masih tetap tembus pandang lewat tirai dan menari-nari di wajahku.
Malam ini entah kenapa aku lebih menyukai ketenangan, mungkin bintang dan bulan lebih menarik pehatian ku kali ini, ku coba cek kalender di layar hp ku ternyata pantas saja jika bulan bersinar terang karena malam ini adalah tgl 15 tepat sempurnanya bulan penuh. Masih setia menatap bulan, tiba-tiba ada notif pesan masuk dari layar hp ku, segera saja aku mengeceknya dengan membuka aplikasi Whatsaap, ku lihat sepertinya no baru.
‘’Assalamualaikum’’
‘’Siapa?’’ segera saja ku balas dengan to the point.
‘’Di jawab dulu atuh salam ku’’
‘’Oh iya Waalaikum salam, ini siapa ya?’’
‘’Kamu tidak perlu tau siapa aku, yang jelas aku pengangum rahasiamu’’
‘’Hah, aneh’’
‘’Iya memang aku aneh itupun gara-gara kamu’’’
‘’Iya siapa namanya?’’
‘’Hamba Allah’’
Akupun menutup aplikasi Whatsaap dari pada meladeni seseorang yang tidak jelas itu, lalu aku memilih berbaring di kasur sambil menatap atap langit-langit yang berwarna biru, memang sengaja aku memilih mengecat kamar berwarna biru karena aku menyukai warna tersebut, jadi tidak heran jika di dalam kamar ku banyak sekali perabotan berwarna biru laut, seperti boneka doraemon, lumba-lumba dan lain sebagainya.
Hampir terhanyut oleh suasana dinginnya malam, mataku rasanya ingin juga terlelap untuk tidur, namun tiba-tiba suara bel berbunyi, segera saja aku bergegas untuk keluar, tapi rupanya bunda sudah keduluan membukanya akhirnya akupun memilih untuk melihat dari pintu.
‘’Siapa bun?’’ teriakku pada bunda
‘’Ini ojek online nganterin martabak manis katanya sih dari Bapak Presiden untuk kamu Ra’’
‘’Hah?’’ segera saja aku melangkah menuju ke ruang tamu.
‘’Masak iya Pak Jokowi ngasih martabak manis ke Ara bun, aneh-eneh saja?’’
‘’Iya juga sih Ra, tadi bunda juga bilang gitu ke tugang gojeknya, bunda fikir sih salah alamat gitu, tapi emang bener Ra alamat yang di tunjukan oleh tugang gojek itu ternyata alamat rumah kita Ra, ya aku pikir itu dari temen mu Ra’’
‘’Ah gak deh bun, setau Ara, Ara gak punya temen yang namanya pak Presiden’’
‘’Mungkin si Nely kali Ra’’
‘’oh iya juga sih bun, ya udah kita makan aja kalau gitu bun, biar nanti aja aku bilang makasihnya pada si Nely’’
Aku beserta bunda pun menikmati martabak manis itu tanpa peduli siapapun yang mengantarkan makanan kepadaku, karena siapa lagi kalau bukan si Nely karena memang dia sering memberikan makanan kepada ku.
‘’Bun, Ara ke kamar dulu ya, bunda habisin aja, Ara udah kenyang soalnya, sekalian Ara mau bilang makasih sama Nely’’
"Ok’’
Segera saja aku menuju ke kamar menaiki satu demi satu anak tangga, setelah sampai kamar akupun mengirim chat kepada si Nely, perihal kiriman martabak manisnya itu.
‘’Ping!!’’
‘’Pong"
‘’P P P P’’
‘’Woy..’’
‘’Hem, ada apa Ra, biasa aja kali gak usah nyepam’’
‘’Hehhehe, gak ada apa-apa sih, Cuma mau bilang terima kasih martabak manisnya?’’
‘’Maksudnya?’’
‘’Iya tadi kiriman martabak manisnya itu yang kamu kirim ke aku, makasih ya, udah dimakan kok sama aku dan juga bunda’’
‘’Ye, aku gak ngirim martabak ke kamu Ra’’
‘’Ih yang bener?’’
‘’Iya hari ini aku free lagi ngikut kaum rebahan di kasur, jadi gak keluar rumah’’
‘’Hah, terus siapa dong yang ngirim martabak manisnya?’’
‘’Gak tau’’
Tanpa basa-basi akupun langsung menuju ke ruang tamu dengan segera, fikiran ku mulai tak tenang, aku takut martabak itu terdapat racunnya, meski aku barusan memakannya tapi yang paling banyak adalah bunda sehingga mau tidak mau aku harus mencegah bunda untuk memakan lebih banyak lagi.
‘’Bunda stop’’
‘’Ada apa Ra?’’