Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #6

ANTAR KITA #5

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, seperti aku dan kamu yang memang sudah direncanakan oleh Tuhan, semoga secapatnya juga Tuhan menakdirkan aku dan kamu menjadi kita.

Tak dapat dipungkiri hari ini pun aku masih saja kesiangan meski bunda sudah membangunkan ku berkali-kali hingga capek sendiri, jadi mau tidak mau aku harus mengorbankan jadwal makan pagiku dengan langsung berangkat menuju ke kampus karena hari ini ada acara diklat PMII yang diadakan di kota Malang, untungnya segala persiapan sudah aku siapkan tadi malam, sehingga tidak terlalu gopoh untuk berangkatnya.

Seperti biasa aku memesan ojek online, sambil menunggu, ku lirik jam tangan yang masih setia berputar membuat aku sedikit khawatir takut ditiggal, namun tak lama kemudian ojek online yang ku pesan tadi akhirnya sampai juga dan langsung berangkat menuju ke kampus tercinta.

Tak butuh waktu lama, akhirnya sampai juga, meski make up yang ku kenakan sudah luntur terbawa oleh angin karena memang sengaja aku menyuruh Bapak Gojeknya untuk menambahkan kecepatan agar cepat sampai di tempat tujuan.

Segera saja aku bergegas menuju ke Aula Fakultas, disana sudah dimulai acara brevingnya tanpa malu aku langsung nyelonong saja meski aku tau ada salah satu tatapan mata yang tertuju padaku, namun aku pura-pura saja tidak melihatnya dan langsung berbaris bersama peserta yang lain.

‘’Hei kamu’’

Medengar penuturan seorang laki-laki yang berada di depan dengan suara menggelengar membuat para peserta diklat tertuju padanya sekilas, lalu memilih menatap ku dengan penuh penasaran, sedang diriku mulai tidak enak.

‘’Ah, saya kak?’’ ku pastikan kembali untuk menunjuk diriku sendiri.

‘’Iya kamu yang sukanya telat, sini maju kedepan’’ pungkasnya dengan wajah datar dan dingin.

Sedang aku masih kebingungan, karena setauku, sesosok laki-laki tersebut tadi malam sudah menjelma menjadi humoris tapi kenapa saat ini malah kembali ke bentuk asalnya, yang suka marah-marah dan berwajah dingin seperti kutup utara.

‘’Heh, kok masih bengong disitu, sini maju?’’

‘’Oh iya kak’’

Hampir 1 jam aku berdiri di depan bersama kakak panitia yang sesekali berdampingan di sisiku lalu kembali lagi memutari tiap-tiap barisan peserta sedang si lelaki itu atau lebih tepatnya adalah si Ketua BEM menghilang begitu saja setelah memarahiku, hingga lagu PMII bergema menggetarkan ruangan aula ini sebelum akhirnya beranjak untuk menuju ke kota Malang dengan mengendarai bus kampus.

Aku mencari no tempat duduk yang telah di atur oleh panitia, kali ini aku mendapatkan no kursi 2-1 antara lain duduk di kursi no 2 di bus 1, ku lihat di sana ada beberapa panitia termasuk si Ketua BEM tersebut dan anehnya aku menatapnya tanpa tau bahwa si Ketua BEM juga menatapku kembali.

‘’Hei, kamu?’’

‘’Hah aku kak?’’

‘’Iya, kamu duduk sini ya?’’

‘’Hah?’’ segera saja aku memeriksa kertas yang bertuliskan no kursi ku.

‘’Sini ranselnya biar aku taruh di atas’’ dia mengambil alih ransel ku, yang masih setia berada di punggungku, sedang aku hanya terdiam tak bisa berkata apa-apa lagi, jujur aku bingung perihal sikapnya yang kadang tiba-tiba baik, humoris, kadang bersikap dingin bahkan datar seperti ingin memakan orang, tapi entah kenapa dengan kali ini, seperti perhatian sekali, jika diibaratkan sikapnya seperti cewek, kadang moodnya berubah-ubah dan tidak bisa diperediksi.

‘’Hei kok bengong’’

‘’Oh sorry kak, iya makasih ya kak’’

‘’Iya sama-sama’’

‘’Oh iya kak, emang dimana tempat duduknya kakak’’

 ‘’Di sampingmu’’

Lihat selengkapnya