Memilikimu adalah anugrah terindah dalam hidupku, tak peduli seberapa besar mencari, karena nyatanya kamu lah cinta sejati ku..
@Balya
Baru pertama kali aku mengetahui bahwa dia tengah merasa kesakitan bahkan sudah berlinang air mata walau belum sempat ia alirkan, tapi dari situ aku baru tau bahwa ternyata datang bulan itu Terkadang juga sangat menyiksa, ya walaupun aku tidak merasakannya, melihat dia seperti pucat bahkan lemas meringkuk di kursi dengan menegelamkan kepalanya di bangku, awalnya aku pikir dia ketiduran, namun setelah aku pegang ujung hijabnya, dia hanya menatapku tanpa merubah posisi apapun, sambil menahan rasa sakit karena kedua tangannya memegang perutnya dengan erat, tanpa pikir panjang aku sudah panik bukan kepalang.
‘’Ibu Negara, are you ok?, kita ke Rumah Sakit ya, sepertinya kamu sakit’’ namun dia hanya menatapku dengan pasi tanpa respon apapun walau hanya dengan raut muka, hanya gelengan kepala yang ia berikan padaku.
‘’Beneran, kamu gak papa?’’ dia pun mengulangi hal yang sama dengan mengedipkan mata.
‘’Ayo pulang kalau gitu’’ dia hanya terdiam, tanpa beranjak sedikitpun sedang aku sudah memegang ujung hijabnya untuk menggandeng dirinya.
‘’Ibu Negara, kamu beneran gak papa?’’ dia tetap saja membisu hanya kedipan mata yang ia berikan padaku.
‘’Ayo pulang, lagian aku sudah mencari mu dari tadi’’
Ya sejak 2 jam aku mencarinya memutari tempat-tempat yang biasanya dia kunjungi bersama teman-temannya, salah satunya menuju perpustakaan dan juga kantin, namun aku belum juga menemukannya padahal jadwal pelajarannya sudah berakhir sejak 1 jam yang lalu.
‘’Pak Presiden pulang duluan saja’’ ujarnya padaku.
‘’Ah gak Ibu Negara, ayo kita pulang bareng saja’’ aku mulai menarik lengan bajunya, namun dia menepisnya dengan kasar.
‘’Maaf aku gak bisa pulang bareng kamu hari ini’’ dia meringkuk kesakitan.
‘’kenapa ?’’
‘’Gak papa Pak Presiden, kamu pulang duluan saja’’ dia seperti mengusir ku.
‘’Gak bisa Ibu Negara, lagian ini sudah sore bentar lagi Magrib’’ ku coba menjelaskan padanya, agar dia mau mendengarkan ku.
‘’Iya, habis ini aku pulang kok, kamu duluan saja’’ dia masih bersikukuh tak mau pulang rupanya.
‘’Gak bisa ayo ah, lagian aku khawatir takut kamu kenapa-napa’’ akupun menarik ujung hijabnya, namun dia menolak ku.
‘’Aku mohon, Pak Presiden pulang dulu saja, kali ini aku belum bisa pulang dengan Pak Presiden soalnya’’
‘’Iya kenapa memangnya Ibu Negara?’’