Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #9

PAK PRESIDEN #8

Kau tau, hal apa yang membuat aku candu hingga menjadi sebuah rindu??

Jawabannya adalah kamu!!!

 

Mungkin jika dibilang aku se cinta itu padanya, ya aku akan tetap mengakui memang benar adanya, bahwa aku sangat mencintainya.

Dia yang telah merebut hatiku yang awalnya beku bahkan terbilang malas untuk sekedar berkomitmen menjalankan suatu hubungan, tapi lewat kata-kata orasi yang selalu membuat ku luluh bahkan terbilang candu apalagi saat mendengar perdebatan di sebuah organisasi yang melibatkan aku dan dia adu argument, sehingga teman-teman se organisasi sering menjuluki kami dengan sebutan sepasang orator yang tak pernah sependapat jika berdiskusi, tapi jika di luar dari itu, kami seperti sepasang pasangan yang romantis sampai-sampai banyak dari mereka sering bertanya.

‘’apakah selama menjalin hubungan selalu cekcok seperti saat diskusi?’’

Dan dia hanya menjawab dengan entengnya "Untuk apa saling mencaci apalagi membenci jika saling mencintai'' Itulah ungkapan yang terlontar dari mulutnya membuat ku semakin merasa orang yang paling bahagia di dunia ini, mungkin jika kalian fikir aku terlalu lebay, silahkan, aku tidak akan memperdulikannya karena memang aku benar-benar mabuk kepayang bahkan seperti kecanduan jika tidak ada notif apapun entah itu pesan singkat ataupun telepon darinya, dialah Muhammad Balya Ramdani, seorang Ketua BEM yang telah mencuri hatiku.

''Cari makan dulu yuk Ibu Negara?'' sambil memakai jaket parka armynya

''Memangnya Pak Presiden gak ada matkul hari ini?'' aku balik menanyainya.

''Bolos'' dengan ucapan enteng dan tersenyum simpul membuat lesung pipinya terlihat sempurna.

''Tap..'' ucapan ku tersela olehnya.

''Udah ayo, gampang tar'' dia langsung menarik lengan baju ku secara paksa untuk menuju ke parkiran.

Jika di bilang dia anak yang bandel, aku tidak akan menampiknya bahkan penampilan layaknya anak punk, ia sering kali memilih bolos kuliah hanya demi alasan ikut demo, kadang dengan alasan mengantuk, terkadang ia mengajakku mencari makan dengan menaiki sepeda motor gedenya dan memutari jalanan atau gang-gang belakang kampus.

ya dia memang segila itu, tapi jangan salah, walaupun dia jarang masuk, dia selalu memiliki nilai A+ dari setiap mata pelajarannya, kadang tak jarang dosen pun memintanya untuk membantu menggantikan tugas mengajarnya jika berhalangan hadir, mungkin itulah kelebihannya selain pintar berorasi di gedung-gedung Pemerintah.

''Ini beneran Pak Presiden, kamu bakal bolos lagi? kemaren kan kamu juga bolos lo, waktu matkul Pak Furqon?'' Sebagai orang terdekatnya, aku juga tidak mau jikalau dia bolos lagi dari kuliahnya, apalagi sampai di DO dari kampus gara-gara jarang mengikuti pelajaran.

''Iya beneran Ibu Negara''

''Ih, gak lucu ah Pak Presiden, pokoknya kamu harus masuk hari ini, kelar ngampus aja kalau gitu makannya'' aku berusaha menolak dengan berbagai alasan yang masuk akal, walau aku sediripun juga kelaparan.

''Orang laper sekarang kok di suruh nanti makannya sih Ibu Negara?'' dia menekankan nada bicaranya.

''Ih, Pak Presiden, ya udah aku ngambek nih'' aku pura-pura saja sedikit membentaknya dan pura-pura memarahinya dengan raut wajah dan mulut di manyun-manyunin kedepan sambil membelakanginya.

Bisa-bisanya dia bolos lagi kuliah, kan gitu-gitu kasian juga orang tuanya, walaun aku tau, dia kuliah di sini mendapatkan beasiswa full.

''Ya ampun Ibu Negara, jangan cemberut gitu nanti jelek, aku libur sayang. Nih Pak Furqon tadi WA aku'' dia lansung menyodorkan Hp-nya kepadaku.

Segera saja aku melihat chat dari Pak Furqon, lalu ku tatap sekilas wajahnya tapi dia malah menyunggingkan senyum simpul andalannya membuat aku sedikit berdegup kencang dan sedikit kesal padanya, bisa-bisanya dia tersenyum di waktu yang tidak pas.

Lihat selengkapnya