Pertemuan terjadi bukan karena sebuah kebetulan, melainkan takdir yang telah mempertemukan dari yang awalnya tidak kenal menjadi kenal, dari yang awalnya tak saling tau kini menjadi tau.
Ya, dari sebuah pertemuan lah kita ada!!
Senja membias indah di langit memberi kesan bahwa keindahan telah terlukis indah dalam kanvas yang membentang luas cakrawala, segerombolan burung terbang dengan beriringan menuju tempat sangkarnya, mereka semua akan pulang ke tempat masing-masing, bersamaan dengan arah angin yang membawanya. lain halnya lagi angin yang sesekali membawa helai ujung hijabku menari dan melambai-lambai.
''Assalamualaikum, loh kok masih sepi?'' pungkasku karena mendapati diruangan yang ku datangi hanya ada beberapa orang saja tak lain dan tak bukan adalah pengurus inti.
''Waalaikum Salam, oh iya Bu Negara, rapatnya ditunda habis Magrib, kamu tidak cek group WA ya?'' segera saja ku ambil Hp yang ada di tas.
''Ah iya ta? aku gak tau, soalnya tadi aku terburu-buru berangkat tanpa mengecek Hp, tau gitu aku berangkat habis Magrib, oh iya BTW Pak Presiden katanya udah ada disini, kok gak keliatan apa jangan-jangan dia pulang?''
''Ada Bu Negara, dia lagi ada di atas'' Nely sambil menunjuk tangannya ke atas.
Segera saja aku langsung menaiki satu demi satu anak tanggaa sambil tersenyum simpul, entah kenapa dengan diriku ini, ku lihat dia sedang menatap matahari yang akan kembali ke peraduan, sambil mengepul asap rokok di bibirnya.
''Pak Presiden'' teriakku dari belakang berlari kecil menghampirinya.
''Etz, stop Ibu Negara, tunggu situ aja, aku lagi ngerokok dulu'' kaki ku terhenti saat dia mengeluarkan suara untuk mencegahku menghampirinya.
''Oh ya udah aku nunggu disini aja kalau gitu'' aku masih melihat punggungnya sesekali asapnya melayang ke atas, betapa hebatnya dia dalam hal merokok,
''Ra''
''Hem'' aku masih berada di posisi berdiriku, tanpa melangkah 1 kalipun, aku masih terdiam, melihat wajahnya yang sedikit terkena biasnya sinar matahari.
''Kalau mau kesini, kamu pakek masker dulu''
"Aku gak bawa masker'' teriakku padanya.
''Gak bawa apa udah habis? tiba-tiba saja dia menanyaiku kembali.
''Ya lebih tepatnya udah habis, kemaren aku udah beli sih, tapi lupa'' memang aku selalu mendapat jatah masker darinya, jadi wajar jika dia menanyai ku perihal masker tersebut.
''Oh ya udah'' hanya itu lontaran yang keluar dari mulutnya sebelum dia membelakangiku kembali menghadap matahari.