Menjadi bagian hidupmu itulah mauku, menjadi pelengkap iman mu itulah harapan ku dan aku yakin kamupun begitu, tapi sekuat apapun kita berharap, ada Tuhan yang maha tetap..
Kedekatan ku dan dia semakin menjadi, hampir setiap hari selalu bertemu, hingga entah ada apa dengan perasaan ku, sepertinya ada sesuatu yang tak bisa ku mengerti, semacam rasa ketakutan akan sesuatu, takut jika dia benar-benar menghilang dan pergi meninggalkan ku, meskipun malam ini aku tengah berbincang-bincang dengannya lewat VC, namun tetap saja aku merasa takut, ku coba tepis tapi mustahil rasanya, ketakutan ini terus saja seperti menghukumku, aku sungguh takut jika dia benar-benar hilang dari hidupku, mungkin seperti itulah kecanduan ku padanya.
‘’Assalamualaikum Ibu Nyai?’’
‘’Waalaikum Salam, ih aku bukan Ibu Nyai kok, udah dibilangin dari zaman jahiliyah jangan panggil Ibu Nyai, ih udah lah Pak Presiden jangan panggil itu lagi pokoknya’’ dengusku kesal.
‘’Hahhaha, iya maunya dipanggil apa emangnya?’’ beberapa detik pun tak ada sahutan dari ku, entah fikiran ku sedang kacau malam ini.
‘’Hei kenapa diem Ra’’ suaranya tiba-tiba terdengar dari kuping ku, aku baru sadar bahwa aku tengah berbincang-bincang melalui Tlp dengannya.
‘’Oh, iya Pak Presiden, maaf’’
‘’Mikirin apa sih?’’ tanyanya lagi memastikan diriku.
‘’Oh gak mikirin apa-apa sih, cuma lagi mikirin kamu Pak Presiden’’ pungkas ku, karena memang aku tengah memikirkannya.
‘’Hahhha, kangen ya Ra?’’ dia tersenyum padaku.
‘’Ih GR’’ aku membohongi rasa ku sendiri, walau aku tau bibirku sedikit mengembangkan senyum tak lupa juga kedua pipiku tersipu merah bak kepiting rebus.
‘’Hahahhaha’’ dia malah tertawa terbahak-habahak rupanya.
‘’Ih kenapa ketawa, gak lucu’’ jengkel ku sudah mulai naik ke ubun-ubun, tapi di sisi lain hati dan jantungku berdegup kencang karena ulahnya.
‘’Kata siapa gak lucu, orang lucu kok’’ sepertinya dia memang ahli dalam hal membuatku menjadi kepiting rebus malam ini.
‘’Lucu dari mana coba?’’ tanya ku lagi, karena memang tidak ada yang lucu.
‘’Itu kedua pipimu memerah gitu’’ segera saja ku tutupi wajah dengan ujung hijab pasmina yang ku kenakan, sedang dirinya masih tersenyum lebar kepadaku hingga matanya terlihat sipit.
‘’Ih apaan sih Pak Presiden, ya udah aku matikan aja VC-nya’’ dengusku kesal padanya bisa- bisanya dia terus menggodaku.
‘’Hahaha, tapi tenang saja Ibu Negara, 2 hari lagi aku sudah balik kok ke Surabaya’’ jawabnya sambil menyelipkan senyum merekah.
Mengingat sudah 5 hari ini aku tidak bertemu dengannya karena dia sedang mengadakan raker di Jakarta, mungkin itulah alasan kenapa aku bisa memikirkan sesuatu yang tak semestinya ada difikiran ku, tapi semakin aku berusaha yakin bahwa itu tidak akan terjadi semakin itu pula aku takut akan terjadi, ku tarik nafas dalam-dalam lalu ku hembuskan dengan kasar, mencoba tenang dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja, mungkin memang benar apa yang dikatakan olehnya bahwa aku memang tengah merindukannya.
‘’Hei Ibu Negara, kok diem lagi, ada apa memangnya?’’