Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #14

MENGERTILAH #13

Bagai tersayat sembilu Aku terus saja menerkamu, walau aku tau, duniamu kini bukanlah diriku..

Pernah merasa kecewa, tapi sungguh tak sekecewa ini, pernah merasa terluka, tapi sungguh tak seluka ini, pernah merasa sakit, tapi sungguh tak sesakit ini, memendam perasaan tanpa mau diungkapkan namun ingin di dengar, semoga kamu mengerti tanpa harus ku jelaskan.

Entah ku sebut apa hubungan kita akhir-akhir ini seperti kurang sehat atau mungkin hanya fikiran ku saja, sedang kamu hanya menganggap biasa, aku tidak tau, ada apa dengan diriku, semakin mencoba berusaha memahami tapi hatiku merasa sedikit kecewa, aku tau, mungkin aku terlalu egois menganggap bahwa kamu hanya milik ku seorang, padahal sebelum mengenalku kamu memang sudah sesibuk itu, aku tidak tau harus melakukan apa, bahkan rinduku terus saja memaksa ku untuk bertemu dengan mu, atau hanya aku lah yang merasakan rindu itu.

Semakin hari semuanya menjadi runyam seperti menghilang dengan perlahan, ku coba menepis perasaan tapi aku hancur sendiri, rasa candu ku telah menguasai hatiku, seperti saat ini, pertemuan yang memang selalu ku impikan, ternyata berujung mengenaskan atau mungkin hanya aku saja yang berlebihan.

1 chat masuk ke Hpku ‘’Ibu Negara, dimana, kangen!!’’

Aku membalas dengan mengetik huruf satu persatu ‘’Aku di perpus Pak Presiden’’

‘’Keluar sebentar, aku ada di depan perpus sekarang’’ 1 pesan masuk lagi di Hpku, segera saja aku langsung berlari-lari kecil menuruni anak tangga menuju ke tempat dia berada.

Saat tepat di depan gedung perpus, ku lihat wajahnya sekilas sambil mengembangkan senyum begitupun dia.

‘’Ibu Negara, udah makan?’’ memang sudah menjadi kebiasaanya selalu mengajak ku makan jika di kampus, walau akhir-akhir ini sepertinya sulit untuk bertemu.

‘’Hem, belum’’.

‘’Ya uadah ayo makan dulu’’ dia dengan segera menarik tas tenteng ku menuju ke tempat parkir, namun setelah aku memakai helm tiba-tiba Hpnya bergetar, segera saja dia langsung mengangkat Tlp-nya, entah apa yang ia bicarakan yang jelas sepertinya penting sekali hingga mengharuskan aku untuk membatalkan makan siang bersamanya.

‘’Kenapa ?’’ tanyaku setelah dia menutup Tlpnya.

‘’Oh gak papa kok, ya udah ayo’’ dia pun memakai Hlm, sedang diriku melepaskan dan menaruh dengan mencantolkan Hlm-nya ke sepion.

‘’Loh kenapa Ra, ayo di pakai Hlm -nya?’’

Lihat selengkapnya