Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #15

TERLANJUR MENCINTA #14

Seberapun berharganya dirinya, tetap juga harus memikirkan diri sendiri karena bagaimanapun, Duniamu bukan hanya dirinya saja..

Mencintai mu mungkin hal yang paling besar buat diriku sendiri apalagi sampai memilikimu, namun rasanya semakin aku mencintai mu ternyata aku seperti merasa orang yang paling egois di muka bumi ini terlalu ambisi ingin selalu bersama mu tak peduli seberapa penting hidupmu bagi duniamu sendiri.

Jujur aku terlalu takut jika saja apa yang aku takutkan akan benar-benar nyata, tapi percuma menahan mu disini bersama ku ternyata sama saja karena memang dunia mu bukan hanya diriku saja ada banyak orang yang lebih membutuhkan mu walau aku sedikit merasa kecewa bahkan merasa sakit dengan begitu waktumu menjadi berkurang untuk bersama ku.

Sudah ku yakinkan hati bahwa memang itulah resikonya namun ada sesuatu yang tak bisa ku mengerti perihal rasaku ini semakin hari aku merasa semakin takut.

‘’Ayo’’ dia menarik lengan bajuku dengan halus.

‘’Mau kemana Pak Presiden?’’ aku tau mengenai maksudnya saat dia menarik lengan bajuku tapi aku pura-pura saja merasa seperti tidak tau apa-apa.

‘’Makan dulu Ibu Negara’’ dia menekankan ucapannya namun ku coba menepis tangannya yang sejak tadi dia menyeretku menuju ke parkiran.

‘’Pak Presiden, makannya ditunda saja ya’’ aku mengembangkan senyum padanya berusaha memanipulasi hati.

‘’Mana ada makan ditunda, nanti sakit, ayo’’ dia memakaikan HLM untuk ku

‘’Tapi..’’ dia memotong pembicaraan ku.

"Ibu Negara, dengerin aku kalau lagi bicara" dia menatapku sekilas lalu mengembangkan senyum.

"Iya tapi kan Pak Presiden lagi sibu..." dia memotong pembicaraan ku lagi.

‘’Ini perintah’’ ujarnya.

Sudah dipastikan jika dia menekankan kata-katanya itu, tandanya bahwa dia tidak mau berdebat lagi dengan ku, jadi dengan terpaksa akupun mengikutinya.

Hingga kurang lebih 10 menit memutari jalan raya dan sampailah disebuah rumah makan yang tak jauh dari kampus.

Dia langsung memesan makanan favorit ku karena memang dia sudah terbiasa bahkan sudah tau makanan kesukaan ku walau terkadang dia terlalu bawel gara-gara makanan favoritku kurang baik bagi kesehatan, ya selain dia lucu, dia juga suka ngomel apalagi menyangkut tentang makanan yang aku makan.

‘’Ibu Negara, kemaren kamu udah makan geprek level iblis lo, masak sekarang makan itu lagi, ganti menu ya?’’

‘’Gak mau’’ aku menggelengkan kepala dengan manja.

‘’Ra’’ dia menatapku kembali dengan mata tajamnya.

‘’Ya udah kalau gak mau dipesenin itu aku tidak mau makan’’ aku pura-pura saja marah padanya karena memang mood ku sepertinya kurang baik hari ini jadi wajar aku ingin makan yang pedas-pedas.

‘’Ya udah ok-oklah, tapi levelnya diturunin pokoknya’’ dia menyunggingkan senyum kemenangan padaku.

‘’Tap.. Belum melanjutkan kata-kata, dia sudah memotong pembicaraan ku.

‘’Ini perintah, jadi tidak boleh koment lagi’’ dia menyodorkan sendok ke kepalaku.

"Aw, sakit Pak Presiden" aku mengelus-elus kepalaku akibat ulahnya barusan.

Lihat selengkapnya