Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #17

MERINDU #16

Mungkin rinduku ini sudah berdebu karena tak kunjung bertemu..

Kita sekarang di sibukkan dengan bayang-bayang semu, semakin dikejar semakin menghilang dari pelupuk mataku, sungguh aku merindukan mu..

Bukan tanpa alasan jika kehawatiran ku bahkan ketakutan ku mulai menyerang diriku sediri, sudah beberapa minggu aku belum bertemu dengannya jangan kan Tlp, VC pun jarang sekarang, hanya ada beberapa chat saja yang masih setia dia kirim padaku.

Mungkin dia merasa tidak enak hati gara-gara kejadian 2 minggu lalu sepulang tugasnya dari luar kota kemaren, dia belum sama sekali bertemu dengan ku bahkan dia jarang membalas pesan ku.

Ingin rasanya aku menelfon duluan tapi aku takut malah mengganggunya, mengingat akhir-akhir ini dia banyak sekali kegiatan entah itu di kampus maupun di luar kampus, jadi sulit sekali menemukan keberadaan dia sekarang, bahkan teman ku sendiri yang ingin meminta TTD saja untuk proposal kegiatan belum bisa bertemu, hingga teman ku merasa kebingungan sendiri.

Sama halnya dengan diriku, aku saja yang merasa orang terdekatnya masih kebingungan juga untuk melampiaskan rinduku ini.

''Ra, aku titip proposal dong, susah amet ketemunya Pak Presiden sekarang'' keluhnya karena sejak 2 minggu yang lalu, teman ku belum juga bertemu dengannya, bahkan chat pun Cuma di read saja, sekilas aku tersenyum padanya, karena memang bukan hanya dia saja yang kadang di read, akupun sama walau sesekali dia membalas chat ku.

''Ih kok tersenyum sih Ra atau gini aja deh kamu coba Tlp, pliss Ra minta ketemuan di bakso Pak Munir deh'' aku tau si Nely mulai frustasi karena tak mendapati tanda tangannya namun aku memilih tersenyum padanya.

''Ih Ra, ya Allah, aku ini beneran Ra minta tolong dong'' dia memelas pada ku.

Namun ku jawab saja dengan senyuman simpul lalu menepuk pundaknya ''Fighting'' hanya itu yang ku berikan sebagai jawaban, aku sendiri saja sulit menghubunginya apalagi dia yang jelas-jelas bukan siapa-siapanya.

''Ra, kamu mah gitu''

''Gitu kenapa sih Nel, beneran aku juga gak tau dia di mana, bahkan hari ini aku berniat mau pulang naik gojek''

''Hah, kamu sekarang gak pernah Tlp atau chat gitu?''

''Hahahhaha, bukan gak pernah Nel, cuman dianya lagi sibuk aja, kan bentar lagi LPJ Nel'' aku Menjawab pertanyaan Nely dengan tenang, walau hatiku sedikit kecewa padanya.

''Apa jangan-jangan kalian udah putus?'' Nely mengintrogasiku.

''Apaan sih Nel, gak jelas banget'' grutuku sambil berjalan meninggalkannya.

''Lalu tumben kalian gak bersama-sama, biasanya kan kayak perangko, kemana-mana selalu lengket'' dia berlari-lari mengejarku sambil memperaktekkan 2 jari telunjuknya kiri dan kanan menjadi menyatu dihadapanku.

''Ih aku nanya serius Ra, beneran ya, kamu udah putus?'' dia mulai serius rupanya terlihat dari tatapan tajam menghalangi langkahku.

''Hahhahaha, gak kok Nel, cuman lagi sama-sama sibuk aja, jadi jarang ketemunya'' jawabku sambil menyunggingkan senyuman padanya.

''Ah, iya juga sih, belum jadi Presiden beneran aja ketemunya susah amet, apalagi nanti jadi Presiden beneran ya Ra?''' dengusnya frustasi sambil mengerutkan dahinya hingga terbentuk beberapa lipatan.

Sedang diriku memilih tetap tersenyum, aku tidak mau membagikan perasaan kecewaku kepada siapapun itu karena aku sangat mencintainya.

''Ya udah, nanti kalau aku ketemu atau dia bales chat ku, biar nanti aku sampaikan padanya''

''Ok lah Bu Negara, makasih ya''

Aku tau Nely merasa frustasi, tapi bagaimana lagi, jangankan kamu Nel, aku saja seperti merasa sakit karena rinduku belum bisa bertemu dengannya.

''Oh iya Ra, ikut aku aja yuk?'' dia memegang tangan ku.

Lihat selengkapnya