Selepas Hujan

Makrifatul Illah
Chapter #22

tak ada kabar #21

Bagaimana bisa aku melupakan mu sedangkan kamu saja selalu menjadi bayang-bayang diriku, bagaimana bisa aku menghapus mu sedangkan kamu saja selalu menari-nari di pelupuk mataku.

kau telah meracuni kehidupan ku, sehari saja tak ada kabarmu rasanya jemu tak menentu...

@ARA

Semenjak kejadian terbongkarnya lebel Gus pada dirinya dan juga keputusan ku perihal break, Sudah seminggu itu pula ia tak ada kabar, membuat diriku kewalahan mengurus diriku sendiri.

Bayangkan saja biasanya aku berangkat kuliah bersamanya kini aku harus naik bus sendirian, aneh juga rasanya saat dia lama sekali tak menghubungi ku bahkan tak mengabariku selama seminggu ini padahal aku sangat merindukannya candanya yang setiap hari selalu membuatku candu.

‘’Hutfff..’’ Kutarik nafas panjang secara dalam lalu membuangnya keluar.

Ku lihat situasi jalan raya di balik cendela bus, entah apa bagusnya pemandangan di luar, sungguh merayap oleh kendaraan bahkan ada yang membunyikan klakson seperti tidak sabaran sekali pekik ku dalam hati, jadi teringat ketika biasanya aku dan dia saat hendak berangkat kuliah dengan mengendarai motor geddenya itu.

Ya saking smartnya dia, sampai sudah hafal jalanan Surabaya, mencari alternatif lain dengan menembus jalan melewati gang-gang kecil untuk menuju kampus, tak perlu berlama-lama di jalan raya yang begitu macetnya hingga make up yang ku kenakan bisa luntur seketika seperti saat ini bedak yang ku kenakan sepertinya meleleh akibat sinar matahari yang membakar.

Entah sulit di tebak memang namun yang aku anehkan kali ini tak biasanya dia menon aktifkan Hp nya, biasanya dia selalu mengabariku di manapun kapanpun dan bagaimanapun, tapi kali ini sedikit berbeda ada keganjalan dalam diriku aku tau aku salah, memutuskan keputusan tanpa difikir dulu, tapi walaupun aku punya salah biasanya dia yang selalu mengingatkan ku walau aku sendiripun juga ingat, ya semacam kejadian pas di hari ulang tahunnya aku memberikan rambutan kepadanya karena dia memang pobia pada rambutan, sampai-sampai dia marah besar kepadaku, dia tidak menemuiku tidak menjemput dan mengantarku bahkan tidak lagi sekedar tegur sapa, lalu malamnya tiba-tiba dia mengirim pesan lewat Whatshapp, dia mengingatkan bahwa aku harus minta maaf kepadanya.

"Hei Ibu Negara, kamu punya salah padaku, cepet minta maaf padaku sebelum aku murka, aku tidak mau masuk neraka karena tidak mau memaafkan mu maka dari itu belikan aku es krim hari ini juga, saya tidak mau alasan, cepetan, saya hitung sampai seribu, tidak boleh di jawab, saya tunggu di depan rumah mu" Aku dibuat senyum-senyum sendiri melihat chat darinya, namun anehnya aku mengiyakannya bahkan seperti terhipnotis membelikan es krim untuknya.

"Siap Bapak Presiden yang terhormat"

"Eh suruh siapa dibalas, saya suruh beli es krim tidak butuh balasan anda, sudah waktu mu habis"

"Hai dengan hormat Bapak Presiden, katanya di hitung sampai 1000 kali"

 "Iya sudah".

"Emang dari kapan ngitungnya kok aku tidak tau dan tidak dengar?"

"Eh, kau banyak bicara sekarang ya, dasar kebayakan micin sih, ayo cepetan keluar aku hitung sampai tiga kamu tidak juga keluar, aku beneran marah lo ya sampai 3 hari"

Segera saja aku berlari sambil memakai hijab sekenanya saja yang penting tertutup.

Kulihat dia sudah stand by di depan pagar, langsung saja aku berteriak dari arah pintu rumah.

Lihat selengkapnya