Singgasana Tuan Putri sudah siap, beserta gaunnya..
***
Pertemuan-pertemuan dengan Andre setelah itu benar-benar meninggalkan jejak mendalam dalam ingatanku. Namun, aku tak ingin si detektif udik dari kepolisian itu ikut campur dalam setiap sudut privasiku. Lagi pula, sudah kukatakan padanya, Andre bukanlah sosok yang patut dicurigai. Hati ini terasa gelisah, jika sampai masalah pribadiku menyeret orang-orang terdekat.
Hari itu, Andre datang ke rumahku, senyumku merekah begitu melihatnya. Aku segera menawarkannya minum. “Kau mau minum?” tanyaku.
“Nanti saja,” jawabnya sambil memandangi sekeliling. “Rumahmu sungguh luar biasa, sangat mengagumkan. Kau hebat, bisa membangun ini semua sendirian.” Matanya menyapu langit-langit ruang tamu dengan kekaguman.
Aku tertawa pelan. “Aku tidak sehebat itu, apalagi membangun rumah ini sendirian. Rumah ini dibangun oleh para pekerja bangunan. Jangan terus menyanjung begitu,” jawabku.
Andre menatapku lagi dengan lembut. “Benar juga,” katanya pelan, “Namun, rumah sebesar ini, hanya dirimu yang menempatinya?”
“Iya. Sendirian.”
“Kenapa tak ada satpam?”
“Bisa dibilang belum terlalu membutuhkan satpam.”