Selimut Merah

Elefen9
Chapter #1

Bus Malam

"Naik nggak Mbak?" Tawar sosok kernet bus yang melintas di hadapannya. Nana mundur. Bersembunyi dibalik punggung Ajeng. Bukan rahasia lagi kalau Nana kadang takut dengan sosok laki-laki.

"Nggak pak." Jawab Ajeng seraya menundukkan kepalanya pada kernet bus. Pak kernet kemudian memberi aba-aba pada sopir untuk melaju.

Nana tersenyum masam pada Ajeng yang dibalas dengan isyarat mimik wajah tidak apa-apa.

Ini sudah kesekian kalinya menolak tawaran bis yang berhenti di depan mereka. Bukan tanpa sebab. Nana tidak biasa berdesakan. Dia selalu menggunakan bus patas untuk berpergian. Dia tidak masalah dengan karcisnya yang menguras kantong. Asal dapat tempat duduk nyaman.

Beda dengan Ajeng yang lebih memilih menghemat pengeluaran kantongnya dan selalu memilih naik bus ekonomi. Asal sampai dengan selamat. Tidak apa jika harus berdiri berdesakan. Lebih hemat.

Terlalu banyak perbedaan antara Ajeng dan Nana. Karena perbedaan itulah mereka bisa saling melengkapi.

Rencana awalnya, mereka hendak naik bus secara terpisah. Tapi sejak 30 menit yang lalu hanya bus ekonomi yang lewat. Sedang Ajeng enggan untuk meninggalkan Nana menunggu bus berikutnya sendirian.

Sebuah bus ekonomi terlihat akan berhenti di hadapan mereka. Ajeng segera memberi sign bahwa mereka tidak akan naik.

Nana yang merasa tidak melihat Ajeng terus menolak naik bis untuk menunggunya.

"Duluan aja. Aku nggak apa. Serius." Ujar Nana.

"Nggak tega ninggalin kamu sendirian, Na." Jawab Ajeng.

"Biasanya juga Aku berangkat sendiri."

"Iya. Tapi ini malem loh. Takut kamu gak dapat bus. Kalau Aku yang gak dapat bus kan bisa balik rumah." Kilah Ajeng. Nana menghela nafas.

Lihat selengkapnya