Selimut Merah

Elefen9
Chapter #2

Teman Kecil

Nama lengkapnya Kireina Austin. Biasa dipanggil Nana. Dan sosok lelaki di dalam foto, disebelah Nana, panggil saja namanya Fajar. Mereka sudah berteman sejak SD hingga memasuki dunia kerja sekarang.

Nana berkacak pinggang di hadapan Fajar yang masih duduk di atas motornya.

"Bayar parkir." Kesal Nana.

"Nggak usah." Tangan Fajar menepis tangan Nana yang membawa duit parkir.

"Kamu parkir, jadi kudu bayar."

"Ini namanya bukan parkir. Kan aku gak turun dari motor." Kilah Fajar.

"Ya aturan kalau nggak parkir jangan mandek disini. Ini lahan parkir. Harusnya tadi berhenti di ujung sana." Jelas Nana seraya menunjuk tempat kosong di dekat pangkalan angkot.

Perdebatan itu berakhir ketika Pak parkir mendekat ke arah mereka. Nana membayar uang parkir dari kantongnya.

"Harusnya gak usah bayar." Ucap Fajar kukuh. Nana melengos.

Nana melihat Fajar berhenti di garis parkir depan stasiun. Berjejer dengan motor parkir lainnya. Bagi Nana itu termasuk parkir. Beda cerita kalau motor Fajar diluar garis parkir.

---

Hari ini Nana perjalanan luar kota. Salah satu teman jauhnya beda provinsi, menjadi pembicara di Kota ini. Hanya 2 jam dari tempat kos nya dengan naik kereta. Nana memutuskan datang. Kebetulan Fajar ada di kota ini. Meski jarang berkabar, Nana dengan santainya tetap meminta diantar jemput dari stasiun - kampus seminar - balik stasiun lagi.

Nana jadi ingat banyak kenangan masa lalu tentang Fajar. Bagaimana Fajar dulu. Motornya yang hari ini dipakai untuk antar jemput, masih sama dengan motor yang dinaikinya jaman masih sekolah. Sudah 4 tahun rasanya. Entah berapa lama tepatnya.

Dulu ketika SMA akhir kelas 12, Nana sering berangkat bareng Fajar ke sekolah. Hanya sering, tidak selalu. Karena Fajar kerap membolos. Jadi terkadang Nana membawa motornya sendiri ke sekolah.

Nana ingat dia selalu di hadang gerombolan laki-laki saat melewati kelas Fajar.

"Fajar masuk nggak?"

"Masuk. Lagi di parkiran."

Mereka teman Fajar. Nana sudah hampir setiap hari di hadang seperti ini dan diberi pertanyaan yang sama. "Fajar masuk nggak?"

Dan reaksi mereka tergantung jawaban Nana.

"Masuk. Lagi di parkiran." Okay. Mereka membiarkan Nana lewat. Kadang juga mereka usil memastikan Fajar menunjukkan batang hidungnya, baru membiarkan Nana lewat.

"Absen." Jika jawaban Nana begitu, siap-siap di interogasi.

"Kenapa gak masuk?"

Lihat selengkapnya