“Sekali lagi, senyum,” ucap fotografer.
Dan... klik!
Potret itu sempurna.
Keluarga besar Brawijaya, dengan segala kemewahan, kehangatan dan kebahagiaan yang... tampak nyata di mata semua orang.
Para tamu datang silih berganti. Ada rekan bisnis keluarga, pejabat daerah, kolega orang tua Rangga, bahkan beberapa investor hotel mereka juga hadir. Pemandangan di ruang tamu seperti gala dinner kecil, tapi berbalut adat Jawa yang elegan.
Kado? Jangan ditanya. Satu ruangan penuh hanya untuk menyimpan bingkisan. Mulai dari perhiasan emas mini untuk bayi, stroller import seharga motor, kasur bayi dari bahan anti bakteri, sampai perlengkapan mandi yang dikirim langsung dari Swiss.
Dara sempat melirik ke arah semua itu. Ada rasa bangga, tapi juga... entah apa namanya. Kosong. Tapi ia tersenyum.
Fotografer profesional keliling, mengambil momen demi momen.
Sampai akhirnya sesi foto keluarga dimulai.
Rangga berdiri di samping kanan Dara, memegang bahunya. Di pelukannya, Nola tidur nyenyak. Di belakang mereka, keluarga besar berdiri berjajar.
•••
Pagi itu, Dara duduk santai di ruang tamu dengan Nola di pangkuannya, sementara Nyonya Fany duduk di seberang, memainkan mainan kecil yang baru dikirim dari butik bayi ternama.
Dara meriah ponselnya dan menghubungi Ayah dan ibunya di sela acara berlangsung melalui video call.
“Pak!” seru Dara, senyumnya langsung melebar. “Bu! Kangen banget…”
Wajah Pak Fabian dan Bu Diana muncul di layar. Mereka berdua duduk berdampingan di teras rumah, ditemani semilir angin kampung yang khas.
“Gimana kabar cucu cantik kami?” tanya Bu Diana, matanya berkaca-kaca melihat wajah Nola yang baru saja bangun.