Selisih Preman Desa

Zumi05
Chapter #2

Bab 2; Rencana Busuk

[Desa]

Setelah melewati lorong koridor lantai dua, melangkah mendekati pagar serambi atas, tampak di matanya sudah ada seorang pria bermasker yang entah seperti apa wajahnya. Sementara tubuhnya berdiri tegap.

Pandangannya terus mendelik tajam pada sekumpulan penjaja pasar malam, lantas tersentak, saat menyadari akan kehadiran seseorang membungkuk di belakangnya. "Sialan! Bagaimana? Apakah kau sudah temukan gadis cantik di pondok itu?" tanyanya bersemangat, seakan sangat penasaran dengan jawaban yang ia tunggu.

"Ya sudah." Pria bertopi menjawab percaya diri. Kakinya berpijak pada lantai basah berbau amis menyengat. Namun baginya itu adalah hal yang biasa. Sang ketua desa memanglah memiliki hobi aneh sejak bertemu dengan si peramal, termasuk memakan setiap daging hewan apa saja dengan cara mentah.

"Pokoknya, aku tidak mau tahu, secepatnya kau harus segera bawa gadis itu, atau bila perlu kau tawari ayahnya untuk dijual dengan harga yang sangat mahal!

"Kita membutuhkan banyak gadis cantik sekarang untuk kelangsungan bisnis PSK (Pekerja Seks Komersial) tetap baik-baik saja."

Setelah mengatakannya, seketika kedua pupil pria itu membesar dengan senyuman samar di wajahnya.

"Baiklah, tapi kau juga harus membayarku dengan harga yang sama mahal?" tawar pria bertopi, sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah, uang bukan lah masalah yang besar bagi desa kita." balas pria bermasker. Kini matanya menatap jauh lebih serius. Tentu saja, pria bertopi yang mendengar hal itu langsung tersenyum puas, dan berkata dengan semangat.

"Sesuai keinginanmu, tuan ..."

Sementara si ketua desa hanya mengangguk mantap, lantas kembali melihat pasar malam yang ada di belakangnya.

***

Sesuai prediksi yang sudah bisa ia tebak, si lelaki sinting bernama Faiz itu hanya membual padanya saja. Apalah daya, Zaeny tetap harus sendirian bergelut dengan tegalan ladang. Kini kuduknya memerah seiring erangannya semakin tersengal. Mendongak seraya mengelap bulir keringat pada dahinya.

"Hadeuh, gini nih resiko jadi santri preman, apa-apa pasti kena hukuman. Sial ..." Sambil menendang udara kosong.

Setelah itu, perlahan langkahnya mulai menysuri sungai yang menganga. Tampak sudah ada rantang tertelungkup di sana. Tunggu, sejak kapan ada orang gila kabur setelah menundanya tanpa permisi?

Lihat selengkapnya