Selisih Preman Desa

Zumi05
Chapter #3

Bab 3; Alasan

Beberapa jam sebelum kejadian, setelah melewati interogasi dari pihak orang tua si gadis, dan Zaeny yang terus disalahkan tanpa mau bertanggung jawab, akhirnya membuat hati mereka menjadi kacau balau. Kendati, sebenarnya Zaeny juga terus menunggu, mengharap bahwa sugesti yang mereka yakini itu tidaklah benar adanya.


Akan tetapi, siapa yang menyangka bahwa mimpi buruknya itu akan terjadi dengan cepat, saat mulut dari orang tua si gadis terus meneriaki protes, mengeluarkan lenguhan berisik, hingga pada akhirnya membuat Zaeny tidak tahan dan harus bergerak saat itu juga.


"Baiklah, sudah cukup minum tehnya sekarang-aku akan pergi mencarinya sendirian," ucap Zaeny sambil menatap jengah wajah mereka. Sementara para santri memilih diam tak bersuara, mereka duduk bersepadan sambil terus menundukkan kepalanya.


"Tunggu, Zaeny. Kita bahkan tidak menemukan petunjuk apa pun sekarang." Tahan abah, seorang guru paling sepuh di pesantren.


"Punten bah, akan tetapi Zaeny sudah terlanjur memperhitungkannya sejak awal. Lagi pula, tidak ada yang bisa Zaeny lakukan jika hanya berdiam diri seperti ini ..." tuturnya dengan wajah tertunduk pasrah.


Seketika itu pun, Abah yang merasa bingung harus berkata apa langsung mengembuskan nafas dengan suara berat, "Faiz!" panggil Abah, pandangannya kini tertuju kepada semua santrinya.


"K-kulan bah," sahut Faiz dengan mimik gelisah.


"Temani Zaeny, pastikan kamu membawa kembali semuanya dengan selamat!" perintah Abah yang langsung diiyakan oleh Faiz.


Singkat cerita, selama pencariannya berjalan, kini mereka berdua sampai pada sebuah rumah dari seorang pemilik toko perkakas. Toko itu berada di dalam desa yang penjualnya pun sudah ia anggap keluarganya sendiri.


Tapi siapa yang menyangka-sekarang, berkat gadis itu ia juga akan bertemu lagi dengan keluarganya. Sungguh, inilah momen yang sangat ia rindukan sedari dulu.


"Weiii pak tua! ini aku, cepatlah buka pintunya!" teriak Zaeny dengan hati yang sangat gembira.


"Sssstt, yang sopan datangnya, bilang assalamualaikum." tegur Faiz, berusaha meluruskan sahabatnya itu.


"Ah ya, assalamualaikum pak tua!"


"Wa 'alaikumsalam," Seorang pria paruh baya nan ringkih menjawab dari balik pintu, tampak pintu itu juga kian terbuka perlahan, "Ya siapa. Ah hoho, dasar anak setan, aku kira siapa yang datang." Lanjutnya kemudian, seraya menepuk pundak Zaeny pelan.


"Hehe, sebenarnya aku hanya berniat meminjam belatimu saja."


"Haa, apa! Kau ingin ngopi, kenapa tidak bilang sejak awal." Si pak tua kembali menepuk pundak bercampur senang.


"B-belati pak tua." Ulang Zaeny tak menyerah.


"Roti?"

Lihat selengkapnya