Selisih Preman Desa

Zumi05
Chapter #4

Bab 4; Pertarungan Sengit

Jerat tangannya mencengkeram kedua pergelangan si gadis. Gadis itu gemetar, berlindung di belakang tubuh kecilnya. Sambil mundur, ia berteriak, "Berhentilah mendekatiku, bodoh! Apakah kau ingin aku mati bersama gadis ini?"


Ia berusaha kabur. Bibirnya berkerut, ketakutan terlihat jelas di wajahnya. Napasnya tersengal-sengal. Mungkin karena banyak darah yang ia keluarkan.


“Oh ya. Baguslah, kalau begitu. Jika kau mati, maka aku juga akan kembali berkuasa di desa ini,” Zaeny menarik kerah bajunya dengan raut wajah bangga. Dia berjalan dengan kaki melenggang penuh kepercayaan diri, lantaran sudah dipastikan, siapa yang kalah dan siapa pemenangnya sekarang.


Sejurus kemudian, setelah mereka berdua saling berhadapan, Zaeny langsung menarik pergelangan tangan seorang gadis. Gadis itu kemudian jatuh, membiarkan tubuhnya yang sudah lemas ambruk di lantai.


“Ayo kita selesaikan pertarungan masa lalu kita.” Zaeny mendorong kasar tubuh pria itu, “Nah, bagaimana Kang Dardan?” 


Saat ini keduanya sudah saling berhadapan, melipat lengan di bahu, melakukan posisi jongkok, namun tetap menjaga tubuh tetap tegap, Kang Dardan berteriak sambil berjalan menderap cepat. Tubuhnya yang bergerak tanpa beban sepintas lebih mirip seperti angin, lantas mulai mengeluarkan serangannya.


Zaeny tersentak begitu melihat satu serangan lurus nyaris mengenai pipinya. Beruntung tubuhnya merespons dengan cepat, lantas menyeret satu kakinya ke samping, membentuk posisi yang sejajar ke depan.


Wajah si pria bermasker mulai tampak kesal, dia bahkan semakin mengeluarkan teriakan keras dari mulutnya, “Akan kubunuh kau, bocah!” Kali ini tinjunya terarah secara bertubi-tubi. Dan Zaeny membiarkannya lewat bagaikan lintasan angin, tapi pukulan itu semakin datang dengan cepat.


Kontras Zaeny terjungkal setelah terkena beberapa pukulan. Dia tidak bisa menghindarinya, bahkan gerakannya jauh lebih cepat dari seekor belut, licin serta lincah, membuat Zaeny harus berusaha untuk mundur saat melawannya.


“Seperti menghadapi benda mati. Mengapa kau belum juga memberikan perlawanan, bodoh!” Kang Dardan melesat kan tubuhnya di atas Zaeny. Tidak bisa dipungkiri, setelah menerima bobot yang sangat berat, dia merasa tulang-tulang dalam tubuhnya juga ikut berderak karenanya.


“Apa kau sedang bercanda? Baiklah jika dirimu sudah merasa kalah sekarang.” gerundel Kang Dardan supaya berkelanjutan.


Tampak satu tinju miliknya sedang melayang di udara. Terpaku sambil menikmati wajah Zaeny yang membiru.


Lihat selengkapnya