Selisih Preman Desa

Zumi05
Chapter #5

Bab 5; Ada Apa Ini?

Mendengar Bah Jorge berkata demikian, si pemuda teler seketika berteriak, suaranya memekak membahana di tengah sekumpulan keramaian.

“Sialan! Kau itu sudah jompo, kenapa masih saja suka berlagak sih?!” Kakinya menerjang kepala Bah Jorge. Tongkat bambu tergeletak setelahnya di depan mata.

Bah Jorge tertatih meraihnya seraya memutar bahu—sekali, dua kali.

Dan terdiam, dia merasakan ada bayangan mengintai di depannya.

Si pemuda teler sedikit memiringkan kepalanya, “Apa yang kau lihat? Kenapa wajahmu tiba-tiba menjadi tegang?”

Bah Jorge hanya membalas dengan tatapan kosong, lantas tersenyum sinis, “Terlambat ... seharusnya kau bisa mengendalikan tata kramamu tadi,”

“HEI! APA MAKSUDMU!” teriak si pemuda semakin menjadi, dia mengangkat tongkat yang berada di tangan kirinya.

“Cobalah kalau kau merasa cukup berani untuk melakukannya.” Bah Jorge tidak lagi merasa takut dengan ancamannya.

Begitu juga dengan orang-orang yang sedang mengerumuni si pak tua, mereka tiba-tiba berubah diam, seraya mundur dalam beberapa langkah, bersembunyi di dalam gelap malam yang sama.

Bah Jorge menggeleng ke arahnya, dia sangat mengenalinya, itu adalah Zaeny beserta kedua temannya.

“Dasar kalian bod—oh....” Si pemuda teler bergetar setelah memutar pandang.

Sementara Zaeny mengangkat sedikit bibirnya, memberikan suatu isyarat yang harus segera dilakukan.

Karena tidak ingin ikut andil dalam konfrontasi, si pak tua lantas menutup kedua matanya secara perlahan, merayap seiring kegelapan menyelimuti segalanya. Dia merasa ada seseorang yang mencoba mendekat, merasakan pergerakan kecilnya, setiap nafas, dan setiap teriakan rasa sakit di sekitarnya.

Tidak butuh waktu lama bagi Zaeny untuk membuat keadaan menjadi lengang. Sayup-sayup terdengar suara jangkrik bersahutan, membuat Bah Jorge tertarik membuka matanya kembali, lantas berkata.

“Sudah kuduga, kau ternyata memang anak yang berbakat.” Melirik Zaeny yang sedang menunggangi si pemuda teler.

“Cih, cuma anak-anak,” balasnya sambil mengerek telinga menggunakan jari manis.

“Hahaha, dasar anak setan ini,

“Sekarang kalian menginaplah di rumahku, kita akan makan besar besok pagi.” Tawa Bah Jorge pecah sembari meraih seonggok tongkat. Tongkat itu berhasil ia dapatkan, kemudian mencoba untuk bangkit.

Lihat selengkapnya