Mendengar Bah Jorge berkata demikian, si pemuda teler langsung berteriak, suaranya membelah keramaian yang memadati pasar malam itu.
“Sialan! Kau sudah tua, kenapa masih saja berlagak seperti pahlawan?!”
Tendangan kerasnya mengarah ke kepala Bah Jorge, yang nyaris terjatuh. Tongkat bambu di tangan Bah Jorge terlepas, jatuh di depan kakinya. Dengan perlahan, Bah Jorge meraih tongkat itu, tubuhnya bergerak lemah, memutar bahunya sekali, dua kali. Namun tiba-tiba ia terdiam, merasakan sesuatu.
Ada bayangan gelap yang mengintai di depannya.
Si pemuda teler, sedikit bingung melihat perubahan raut wajah Bah Jorge, memiringkan kepalanya. “Apa yang kau lihat, Pak Tua? Kenapa wajahmu tiba-tiba tegang?”
Bah Jorge hanya membalas dengan tatapan kosong, lalu tersenyum sinis. “Terlambat... seharusnya kau menjaga tata kramamu tadi.”
“APA MAKSUDMU?” teriak si pemuda semakin marah, mengangkat tongkat yang sebelumnya terjatuh.
“Cobalah, jika kau cukup berani,” kata Bah Jorge dengan tenang. Kali ini, tidak ada rasa takut dalam dirinya.