Selisih Preman Desa

Zumi05
Chapter #18

Bab 18; Balas Dendam 2

Berikutnya, sekitar satu jam setelah yakin Zaeny tidak akan pernah kembali. Jarot membanting cangkir kopi miliknya di atas meja, di dalam sebuah pondok kantin, “Anak itu benar-benar lari dari kita sekarang, Bang!”

“Tentu saja anak itu akan melakukannya, Rot.” Bambang berkata sambil memejamkan matanya, berpikir keras.

“Karena sakit hati oleh tamparan itu,” Kali ini Barong yang menimpali dalam keadaan meletakan pipinya di atas meja kosong.

“Hah, baguslah,” jawab Jarot kemudian, tapi Bambang tidak setuju, dia berpikir sepertinya ada hal lain selain sekadar sakit hati.

“Tidak, aku rasa bukan itu alasannya, tapi yang pasti anak itu adalah kartu as kita, kita tidak boleh kehilangannya.”

Jarot mendecih, buru-buru menyangkalnya, “Bahkan melawan manusia dengan bobot seperti raksasa saja dia kalah.”

“Ahaaaaaaah, merepotkan sekali.” Malas, Barong adalah orang yang paling malas bahkan di saat-saat sedang mengobrol.

Di tengah keadaan itu, pintu dengan dua daun berderit ketika seseorang masuk. Sosok itu, seorang pria paruh baya dengan jas lusuh dan topi fedora yang menghalau bayangan wajahnya. Alih-alih bertanya, “Apa kalian bisa memberitahu di mana kamar mandinya?”

“Hei siapa kau? Kenapa bisa seenaknya masuk!” tahan Jarot, segera beranjak dari kursinya.

Namun, si pria tua bertopi fedora tidak mau menanggapinya dan malah membalas. “Aku bilang di mana kamar mandinya!” Sembari mengacungkan celurit yang karatan.

Bambang mengangkat tangan, “Di pojok paling samping ruangan ini dekat etalase warna putih.”

“Terima kasih!” Bergegas lari ke arah sana. Sedang Jarot masih tidak bisa habis pikir.

“Kau mengenalnya?” tanya Barong, masih dalam posisi yang sama.

“Tidak, tapi aku merasa seperti mencium bau uang setelah ini.”

Dan benar saja tebakan Bambang akhirnya menjadi kenyataan. Bos Sadam, pria kolot itu sedang di ruang kerjanya sekarang. Dia akan berbicara dan menyuruh seperti biasa dengan kasus-kasus yang berbeda.

Dengan perlahan Bambang membuka pintu ruangan itu setelah mendapat panggilan, di sana, tampaknya semua anggota sudah berkumpul lebih dulu, menghadap bosnya.

Lihat selengkapnya