Oleh Dr. Jacky Mussry*
Sudah lama, saya mengamati, merasakan, dan mengalami berbagai perubahan zaman di Indonesia sejak saya masih kuliah dulu sampai sekarang. Saya ingat ketika masih aktif sebagai musisi, ada sejumlah musisi terkenal waktu itu yang memiliki kecakapan bermain musik luar biasa dan ada beberapa teman saya yang termasuk kategori biasa-biasa saja, bahkan tidak diperhitungkan. Namun, beberapa tahun kemudian, nama-nama hebat itu justru menjadi “biasa-biasa saja†dan sebaliknya beberapa teman musisi saya semakin naik daun, bahkan menjadi musisi papan atas Indonesia.
Ketika kemudian saya sempat berprofesi sebagai disc jockey (DJ), hal yang sama juga saya cermati. Ada sejumlah nama besar DJ di Indonesia ketika itu yang sangat disegani. Namun, dengan berjalannya waktu saat ini, banyak yang nyaris tak terdengar lagi namanya meskipun konon masih berkiprah di dunia per-DJ-an. Hanya segelintir nama yang masih eksis dan di sisi lain jumlah DJ di Indonesia semakin banyak dan kualitasnya semakin hebat.
* Senior Vice President & COO MarkPlus, Inc.
Demikian pula sejumlah teman saya waktu kuliah dulu. Banyak sekali yang sangat cerdas dan menjadi semacam “referensi hidup†di kampus. Namun, sekarang menjadi orang yang biasa-biasa saja. Memang, banyak juga yang kemudian menjadi orang hebat, tetapi tentunya hal ini tidak mengherankan karena memang seperti itu harapan saya. Yang saya agak heran adalah mengapa teman-teman saya dulu yang sebenarnya jauh lebih hebat pada akhirnya tidak bisa sesukses teman-teman kelompoknya yang dulu sama-sama hebatnya.
Sejumlah teman yang sempat saya ajak berdiskusi sering memasukkan unsur keberuntungan, kebetulan, nasib, dan sebagainya terkait dengan keberhasilan seseorang. Bisa jadi memang benar. Namun, sayangnya, hal tersebut susah dianalisis dalam konteks ilmu manajemen. Jika memang bisa dianalisis secara saintifik, dugaan saya, sekarang di sejumlah perguruan tinggi sudah ada jurusan manajemen dengan konsentrasi manajemen keberuntungan yang bisa-bisa menjadi salah satu jurusan yang banyak peminatnya.
Keberuntungan, kebetulan, nasib, dan sebangsanya itu di luar kendali kita. Oleh karenanya, saya memilih untuk lebih memfokuskan analisis pada hal-hal yang bisa dikendalikan atau dalam kuasa kita. Saya berpikir, toh pada gilirannya, apa yang dapat kita lakukan dalam kendali kita, juga bisa mendatangkan keberuntungan dan bahkan dalam banyak kasus bisa mengubah nasib kita.
Saya tidak pernah lupa dengan yang pernah diucapkan oleh Noel Tichy belasan tahun silam bahwa kita harus bisa mengendalikan tujuan kita. Jika tidak, orang lain yang akan mengendalikannya. “Control your destiny or someone else will,†begitu yang dikatakannya. Apa yang dikatakannya tersebut bagi saya sangat dalam maknanya. Dengan menempatkan faktor keberuntungan sebagai given factor (yang kita juga tidak pernah akan tahu kapan keberuntungan tersebut akan datang) serta mengacu pada ucapan Noel Tichy tersebut, tentu ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk membuat kita bisa tetap kompetitif dari waktu ke waktu dan merealisasikan tujuan yang telah kita tetapkan.