Subuh ini aku sudah sampai di kota Padang, aku menginap di penginapan yang dekat dengan gedung DPR untuk memantau keadaan selama demo berlangsung. Aku sempat menuju kos Puti, namun Puti sudah tidak di kos. Hpnya juga beberapa kali aku telepon tidak bisa dihubungi.
Aku memutuskan untuk lanjut memantau keadaan demo dari penginapan dekat gedung DPR. Dari pagi terpantau demo berlangsung kondusif. Namun saat menjelang siang mulai terdengar teriakan-teriakan keras mahasiswa yang mulai tidak terkontrol. Saat itu aku memilih mendekati lokasi demo. Aku mulai mencari-cari Puti diantara banyaknya peserta demo. Aku mencoba menghubungi hp Puti namun tetap belum bisa dihubungi.
Aku melihat bentrok mulai terjadi di persimpangan tugu Kalpataru depan Gedung DPRD Sumbar. Saat itu mahasiswa melakukan sweeping mobil plat merah dan melakukan aksi pembakaran ban. Aksi itu sudah anarki dan mengganggu ketertiban umum. Saat polisi mulai menghentikan aksi dengan paksa, mahasiswapun melempari para polisi itu dengan batu.
Aku melihat mahasiswa maupun polisi yang terlibat bentrok sudah mengalami luka, beberapa dari mereka mengalami luka serius di bagian kepala akibat lemparan batu dan pukulan.
Suasana demo terasa sangat mencekam, namun aku masih belum menemukan Puti. Ku perhatikan baik-baik para mahasiswi yang mulai dievakuasi, aku ikuti arah jalan mereka yang mulai menjauhi lokasi. Aku berjalan cepat menyusuri jalanan, aku melihat dari kejauhan seseorang yang sangat mirip dengan Puti, namun dia tidak mengenakkan almamater kampusnya, melainkan mengenakkan almamater kampus Universitas Bung Hatta.
"Jangan-jangan Puti memang menyamar," batin ku.
Ku percepat jalan ku dan aku langsung menarik tas seorang gadis yang sangat mirip dengan Puti. Gadis ini tidak menoleh, ia hanya sedikit berteriak dan tetap menunduk. Namun teman gadis ini yang menoleh dan ternyata itu Novi.
"Haa, Tio!" ujar Novi.
Lalu seketika Puti juga menoleh, wajahnya sangat terkejut menatap ku, aku hanya berharap dia sadar berapa jarak yang aku paksakan untuk ku lalui demi mencarinya di demo ini. Namun dia malah sibuk memperhatikan sekitar seperti mencari seseorang.
"Cari apa?" tanya ku heran.
Perasaan ku masih kesal, karena kelakuan Puti yang tetap ikut demo dan mematikan hp.
"Nggak! Mastiin demonya aman apa nggak aja," Puti seperti mencari alasan.
"Aman? Di bundaran sana, udah pada bentrok parah!" ujar ku sambil menunjuk arah lokasi demo.
"Kamu udah di bilangin jangan ikut demo, masih ngeyel juga! Pergi diam-diam! Aku tadi ke kos kamu buat mastiin kamu ikut demo apa nggak! Hp dimatiin, ngasih kabar enggak! Kamu kira mudah aku nyari kamu di kerumunan pendemo?" ucap ku kesal.
Puti tertunduk cemberut, "Iya, maaf!"
Namun sekesal apapu aku pada Puti, tetap saja aku tidak akan tega marah padanya, aku memaksakan tawa melihat Puti yang terlihat menyesal.
"Ya udah, kita jalan Yuk!" ajak ku.
***
Aku membawa Puti ke suatu pulau kecil di lautan kota Padang. Pulau itu adalah pulau kecil yang hanya ada pasir, disana tidak ada satupun pohon. Akses menuju kesana hanya bisa menggunakan kapal, aku sengaja membawa Puti ke Pulau ini agar bisa benar-benar hanya berdua saja disana bersama Puti.
Sesampainya di pulau, Puti sangat senang dan langsung menikmati bermain air, aku hanya mengikuti kesenangan Puti, membiarkan dia menguasai pulau dan memberi dia ruang sebebas-bebasnya. Puti berusaha mengumpulkan kelomang dan dia membuatkan istana pasir untuk kelomang tangkapannya.
Puti terlihat sangat menggemaskan berlarian kesana kemari. Aku tidak henti-hentinya menikmati paras cantik Puti. Aku sempat merasa bingung, dengan Nusantara yang seluas ini, dengan tempat yang sangat banyak bisa ku kunjungi dan dengan ribuan wanita yang telah ku temui. Hingga hari ini aku masih tertawan pada pada paras Puti.