Cuti kali ini, akhirnya aku memilih untuk kembali mendarat di kota Padang, bukan kota Padangnya yang aku cinta, tapi sepucuk bunga yang sejak lama sudah ku tandai sedang mekar disini. Aku memilih untuk mengabiskan tiga hari cuti ku di Padang bersama Puti, baru sisanya nanti akan ku habiskan dengan ayah dan ibu.
Kali ini aku tidak memberi kejutan lagi, namun aku sengaja menghubungi Puti bahwa aku akan datang. Puti juga mengatakan pada ku, kali ini dia tidak bisa pulang ke Kerinci, karena Puti harus menyelesaikan praktek lapangan di salah satu rumah sakit di kota Padang.
Siang ini, setelah keluar dari bandara aku segera menuju penginapan, lalu bergegas ke rumah sakit tempat Puti praktek lapangan, untuk menjemputnya. Aku duduk di lobby IGD rumah sakit, untuk menunggu Puti menyelesaikan jam dinas. Aku melihat jam tangan ku yang sudah menunjukkan pukul 14.30 wib, namun Puti belum juga keluar.
Aku mencari Puti di dalam ruang IGD, aku melihat ke sebalik sekat yang ada di sana satu persatu. Tapi keberadaan Puti tidak aku temukan. Aku melihat ada teman kuliah Puti yang sedang duduk di meja perawat.
"Dek, Puti udah pulang ya?" tanya ku.
"Nggak bang, lagi nemenin pasien ke loket administrasi tadi."
"Diarah mana ya?"
Teman Puti menunjuk arah loket administrasi.
"Oh, oke terimakasih!"
Aku segera menuju kesana dan benar saja Puti sedang berdiri di depan loket kasir bersama dua orang keluarga pasien, Puti terlihat sedang menunggu keluarga pasien mengeluarkan uang recehan. Keluarga pasien itu menghitungnya lalu menyerahkan pada Puti. Puti tampak melihat uang itu, lalu berbicara pada petugas kasir. Puti menyerahkan uang itu pada kasir, lalu Puti juga membuka dompetnya. Puti mengeluarkan uang dari dompetnya dan membayarkan pada petugas kasir juga.
Aku menahan diri ku untuk mendekat pada Puti. Aku memilih memperhatikan Puti dari kejauhan saja, saat Puti kembali ke arah IGD, aku segera duduk di lobby kembali. Aku masih memperhatikan Puti dari kejauhan, keluarga pasien dan pasien anak-anak yang berbaring di dalam IGD menyalami Puti, hingga ada seorang nenek yang berusaha mencium tangan Puti namun Puti menahannya, lalu Puti memeluk nenek itu. Setelah melepaskan pelukan nenek itu, Puti bergegas pergi.
"Yuk! Maaf ya lama!" ucap Puti pada ku.
"Nggak lama kok! Kerjaannya udah kelar semua?"
Aku segera berdiri. Di saat bersamaan, seorang bapak-bapak datang menghampiri Puti.
"Nak, terimakasih banyak!" ucap bapak itu.
Puti tersenyum, "Iya pak, sama-sama!" ucap Puti pelan.
"Terimakasih sudah bantu biaya anak saya! Saya benar-benar tidak punya uang nak!" ucap bapak itu lagi.
"Nggak apa-apa pak, yang penting anak bapak sembuh, saya ikhlas! Sudah ya pak, saya nggak enak diliatin yang lain!" ucap Puti lembut.