Hari ke 1000 pun datang, Tuhan dan semesta akhirnya benar-benar merestui kami. Aku dan Puti memilih untuk menikah di halaman rumah, di tempat kami pertama kali bertemu dan di sini juga kami ingin disatukan. Aku dan Puti setuju untuk membuat pesta sederhana dengan tema ala-ala garden party. Kami memilih warna dekorasi yang didominasi putih dan hijau. Dengan latar gunung Kerinci, aku yakin suasana pernikahan kami akan terasa sangat romantis.
Tamu undangan yang datang tidak terlalu ramai, karena hari ini kami hanya menggelar akad nikah saja dan hanya mengundang keluarga terdekat saja, untuk selanjutnya resepsi akan diadakan di hari berikutnya.
Aku sudah duduk bersama ayah, penghulu, ayah Puti dan dua orang saksi di hadapan meja yang sudah disiapkan. Aku menatap sekitar, aku melihat beberapa orang kerabat yang juga sudah duduk untuk menyaksikan akad nikah ini. Aku melihat ada Novi dan beberapa teman Puti yang berdiri sebagai bridesmaid.
Aku sangat penasaran, ingin sekali melihat Puti. Tapi Puti hanya akan keluar saat akad nikah telah selesai di laksanakan.
Aku semakin tidak sabar dan acara pun dimulai. Acara dimulai dengan kata sambutan, lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-qur'an dan kutbah nikah. Setelah itu barulah akad nikah akan berlangsung.
"Saya terima nikahnya Berliana Puti Retasya bin Budi Idris dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai," ucap ku dengan lancar.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu.
"Sah" ucap kedua saksi.
"Alhamdulillah," ucap ku.
Penghulu membacakan do'a.
Lalu mata orang-orang mulai melirik kearah belakang ku, aku pun segera menoleh dan menatap pengantin ku, dia Berliana Puti Retasya yang aku sebutkan dalam akad tadi, berjalan anggun dalam gaun Putih dan tangannya menggenggam bunga kecil yang cantik.