Semata Wayang

Pikadita
Chapter #1

Anak Tante Sasi

"Hebat ya kamu, Inge. Baru pulang dari London. Kalau Kinara udah hampir 30 tahun tapi masih ngubek di Laladon aja." Ucapan mamanya Kinara barusan pun disambut tawa meriah dari teman-teman arisannya--tak terkecuali Inge, anaknya Tante Sasi.

Tentu saja hari itu bakalan menjadi hari yang menyebalkan. Seketika ia menyesal diajak arisan oleh mamanya. Kinar diroasting habis-habisan deh sama ibu sendiri.

"Jadi sekarang apa kesibukan kamu, Kin?" tanya Tante Sasi.

Belum sempat menjawab, mamanya keburu menimpali. "Kinar sibuk bikin sepatu. Tapi enggak laku-laku." Mamanya tertawa kecil lalu berkata lagi sambil mengalihkan pandangan kepada Inge, "Kamu ajarin Kinar bisnis dong. Mana tahu bisa laku tuh sepatu-sepatunya Kinar."

Perkataan mamanya barusan tentu membuat hatinya panas. Inge memang lulusan bisnis dari luar negeri. Sudahlah sukses, cantik lagi. Perkara barusan itu membuat Kinara bak debu yang terhempas di jalanan lalu terbang dan jatuh tepat di sisi hak sepatu Inge yang tinggi. Kinara hanya bisa tersenyum menahan malu. Ia ingin lekas pergi dari perkumpulan ibu-ibu sosialita itu. Tapi tidak mungkin karena mamanya enggak bisa order taksi online sendiri. Ya, Kinara diajak mamanya arisan cuma untuk order taksi online.

"Kin, kamu udah ada calon belum? Jangan sibuk ngurusin sepatu aja," celetuk Tante Mira sambil mengunyah mie lidah sapi.

Here we go ... pertanyaan pamungkas orang-orang untuk menyombongkan diri. Kinara terpojok karena jawabannya tentu belum punya. Yang bisa ia lakukan hanya nyengir kuda sambil berkata, "Doain ya Tante."

"Eh, jangan kelamaan, Kin. Kamu kan hampir 30."

Kinara menyengir lagi.

"Kamu ingat Anton? Anak Tante yang mau Tante jodohin sama kamu dulu? Dia aja udah mau punya anak satu, lho, Kin. Istrinya lagi hamil 8 bulan."

Kinara masih bisa nyengir, tapi kadarnya sudah sedikit berkurang.

Lihat selengkapnya