Sembilan belas sembilan-sembilan

Suyanti
Chapter #1

Tetangga yang asyik

Akhirnya dapat juga kontrakan yang cocok, meski tidak terlalu besar tak apalah, yang penting bisa bebas. Lagi pula harganya tidak terlalu mahal untuk seorang perantau pemula sepertiku, pekerjaan juga masih belum tau akan bertahan sampai kapan, sudah hampir sebulan tapi masih belum juga merasa nyaman, masih belum bisa membaur dengan karyawan lainnya, dianggap dianakemaskan oleh mas Sabar yang seorang kepala regu membuatku dipandang sinis oleh yang lain, padahal yang kurasakan bukan dianakemaskan, justru aku merasa mas Sabar itu memandangku sebagai seorang anak manja yang ga terbiasa bekerja keras, huftt … mereka itu tidak satupun yang mengenal baik diriku tapi sudah menilai seolah mereka faham betul bagaimana aku, ya sudahlah kucoba menjalani semampuku, sebisaku, sekuatku.

Pagi ini masuk sift 1, aku sudah bersiap dan menunggu Rasta, teman satu sift dan juga teman sekampungku, umurnya setahun lebih muda dariku, hanya saja setelah lulus SMP dia langsung pergi merantau sehingga dia berpengalaman bekerja lebih dulu, kadang aku merasa seorang dia saja yang notabene dibawahku baik dari segi usia, dan juga pendidikan, mampu membaur meski sering kali jadi bahan olokan, disuruh-suruh atau dibuli dengan kata-kata yang menyakitkan bagiku, dijadikan bahan becandaan seolah dia ga punya rasa sakit hati, hmm … dia itu penyemangatku, tenang neng (aku memanggilnya Sineng panggilan kesayangan), saat aku sudah bisa ’menakhlukkan’ mereka nanti, tidak akan ada lagi yang bicara buruk tentangmu pikirku. Sampai dipabrik, kusapa semua orang, pagi mbak, pagi teh, pagi mas, dengan tersenyum ceria tanpa memperdulikan respon mereka. Aku berjanji tidak akan mengeluhkan sikap mereka lagi, mereka kan belum tau siapa dan bagaimana aku, jadi mulai hari ini mereka akan tau … the power of Kinanti sibaik hati ... ha ... ha.

Sepulang kerja, bukanya pulang, Rasta malah ikut kekontrakanku, bukan karena ada perlu, ya memang seperti itu kerjaannya, main kesana kemari semau dia, beberapa kali ia mengajakku main kerumah teman-teman sepabrik, tapi aku lebih suka berdiam dikontrakan, sambil mendengarkan para tetangga bermain gitar dan bernyanyi diluar sana. Beberapa hari tinggal disini aku masih merasa seperti orang asing. Tapi sepertinya mereka orang-orang yang asyikk, itu terdengar dari percakapan satu sama lain yang begitu akrab, jadi, mungkin akan lebih baik jika aku ikut bergabung, akupun keluar, dengan modal senyum saja karena belum tau mau menyapa bagaimana, seorang gadis berkulit putih berbadan agak gemuk menyapaku, “orang jawa ya?, jenenge sapa?, Jawane ngendi?” senyumku melebar karena logat ngapaknya “Aku Kinanti cah Solo” jawabku, “o ... lha Solo mah tanggane si embah, ya to mbah?” dan seseorang yang disebut si embahpun mejawab “iya kaya kue” dan kamipun tertawa. Gadis itu namanya Kusniati biasa dipanggil Kus, dan embah yang sebenarnya masih muda itu ... Aku lupa namanya jadi sebut saja dia embah he ... he, Rasta yang tadinya tiduran didalampun ikut keluar untuk bergabung dalam obrolan santai itu, kontrakanku ini menjadi rumah kedua baginya, diapun akrab dengan semua tetangga disini, sebagaimana aku akrab dengan mereka.

Disebelah kananku ada dua kakak laki-laki, semua orang memanggil kakak, ya sudah aku ikut saja, yang satu jangkung agak putih, nada bicaranya tegas dan kaku bikin aku takut, walaupun sedang bercanda tetap saja terdengar sangar bagiku, namanya kak Andi. Satu lagi, agak pendekan, agak iteman, tapi agak alusan bicaranya, tiap dia mengaji terdengar begitu merdu, bagiku yang memang jarang mendengar dan juga tidak bisa ngaji sama sekali, namanya kak Alief. Beberapa kali kami mengobrol berbatas dinding, sesaat menjelang tidur, bukan obrolan berat hanya sekedar saling berceloteh tentang cerita diri masing-masing, dari situ aku tau ternyata mereka bertetangga dikampungnya sana, dari situ, aku tau mereka bekerja ditempat berbeda, dan dari obrolan dibalik dinding itu juga, akhirnya aku tau mereka itu dua pria yang walaupun tinggal bersama dan juga berasal dari kampung yang sama tapi karakter mereka jauh berbeda.

Lihat selengkapnya