Sembilan belas sembilan-sembilan

Suyanti
Chapter #8

Sayang

Jam setengah enam pagi, saat aku terbangun, kubuka tirai jendela, diluar sepi, akupun bergegas mandi, bersiap dan langsung berangkat untuk bekerja, kali ini kuputuskan berangkat sendiri karena pasti lama jika harus menunggu Rasta lagi, sebelum sampai pabrik kubeli sebungkus nasi uduk untuk sarapan, dan mampir kekontrakan mbak Warsiti, aku tidak lagi merasa sungkan untuk berakrab-akrab dengannya, karena aku tau hatinya baik, ternyata suaminya sudah pulang, dan sedang sarapan berdua, ”eh maaf mas” kataku agak terkejut karena beliau tepat didepan pintu, “eh, ga apa-apa ayo masuk”.

Ternyata benar suaminya ramah, akupun ikut masuk dan segera membuka nasi udukku, "ini Kinan mas, anak checking, dan ini suamiku Nan, baru datang tadi malam” kata mbak Warsiti, “mas” sapaku sambil mengangguk hormat, ”enak ya lagunya suka juga sama the Corrs mbak?” tanyaku “bukan aku, suami yang suka, aku mah mana ngerti lagu-lagu londo kayak begitu” kata mbak Warsiti, "oh, kira in … lha ini lagu cewek biasanya ... ha ... ha" kataku sambil tertawa, “lah, ha ... ha ... sejak kapan lagu punya jenis kelamin Nan? anggotanya kan ada cowok juga ?” kata Masnya membela diri, "iya ada tapi cuma seorang ha ... ha ... satu banding tiga mas?” Jawabku sambil terus tertawa, ternyata suami mbak Warsiti lumayan humoris “ya ga apa-apa, jangan bawa-bawa jenderlah” katanya setengah menggerutu, “baiklah … ha ... ha ...” kataku akhirnya mengakhiri perdebatan.

Suaminya bekerja di Jatake sehingga harus berangkat lebih dulu, "kamu disini dulu ya Nan, nanti berangkatnya bareng aja, aku mau cuci piring dulu” kata mbak Warsiti “iyalah Mbak, boleh lihat koleksi kasetnya ya Mbak?” kataku saat melihat tiga tingkat kaset di rak, “iya, anggab saja rumah orang lain ha ... ha” kata mbak Warsiti tertawa, kulihat satu persatu kasetnya, suka slowrock rupanya, slow rock itu identik dengan pribadi yang sweet, easygoing, ternyata mbak Warsiti suka yang tipe seperti itu, bertolak belakang dengan wataknya yang kadang galak, dan pekerja keras, tapi mungkin justru karena itu, mereka jadi cocok, atau memang sudah jodohnya, hmm ... kalau sudah ngomongin soal jodoh ya mentok, gimana lagi itu hak prerogatifnya Allah, he ... he, aku tersenyum sendiri dengan segala pemikiranku,

“Ih … ninggalin!!” teriak Sineng dipintu masuk, “he ... he, maaf neng, abis takut lama lagi kalau nungguin kamu” kataku, “ngapain berangkat pagi-pagi? Kurang kerjaan kamu tuh” katanya, "he ... he ada sedikit urusan” jawabku asal mengarang, kemudian sibuk dengan pekerjaan hingga tiba waktunya pulang, sebelum masuk ke gang kontrakan, kulihat jam empat kurang lima belas menit, hanya untuk memastikan bahwa dia sudah berangkat, akupun berbelok dengan sangat yakin, tapi ternyata aku salah kali ini, dia sudah rapi lengkap dengan sepatunya, tapi masih duduk didepan teras kak Jabrik, “kak …” sapaku sambil membuka pintu, "kemana aja?, tadi pagi Rasta nyamper kesini, kamu sudah berangkat duluan, dan biasanya setengah empat sudah sampai rumah, aku nungguin kamu dari kemarin, kenapa?” tanyanya kemudian, “ga apa-apa, emang lagi banyak kerjaan aja” jawabku sekenanya, “ya sudah, aku berangkat dulu, tapi kalau ada masalah kamu harus bilang” katanya sambil mengelus kepalaku, aku hanya bisa mengangguk, ach ... membuatku jadi merasa bersalah saja, aku hanya berangkat lebih awal dan pulang sedikit terlambat, apa salahnya?, aku merasa kesal, tapi tetap tidak bisa memupus rasa bersalah, iya tentu saja bersalah, karena aku sengaja menghindarinya, hahhh semua rasa tidak mengenakkan ini membuatku malas, aku langsung tiduran hingga benar-benar tertidur.

Sudah terdengar adzan magrib, aku buru-buru bangun dan mandi, mandi dengan cepat karena Kus dan mbak Endah menunggu untuk mengambil wudhu, sert … sert ... sert … dah selesai anggab saja bersih pikirku dan bergegas kembali ke kamar, baru juga masuk, Kak Alief datang, “Nan, aku sholat dulu, ini nasi siapin dipiring, nanti kita makan bareng yak ...” pintanya sambil menyodorkan plastik yang dia bawa, tanpa menjawab kuambil bungkusan yang ia sodorkan dan menyiapkan makanan seperti perintahnya.

Lihat selengkapnya