Sembilan Bulan Diganggu Setan

Nyimas Aksara
Chapter #1

BAB 1 TEMPAT BARU UNTUKKU

"Dek kamu yakin kan mau ikut Mas?" kata Mas Aji lembut, sambil memelukku dari belakang, dia menciumi leher belakangku. Aku yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam koper jadi merasa geli.


"Iya lah Mas, mana bisa aku jauh dari Mas Aji. Kita ini hitungannya masih pengantin baru loh, aku tak mau lah jauh dari kamu, nanti kalau aku kangen sama Mas gimana?" Aku membalikkan tubuhku dan memeluk Mas Aji, aku suka memeluknya karena tubuhnya terasa hangat. Pokoknya kemanapun suamiku pergi, aku harus ikut pergi juga.


"Tapi di sana desa Dek, gak kayak di sini yang sudah kota. Kamu juga harus belajar unggah ungguh Dek, di sana banyak orang tua yang masih kental dengan adat kesopanan, terus juga wajib ikut kayak acara perkumpulan ibu-ibu gitu lho Dek. Pokoknya besok jangan di rumah terus ya Dek, wajib menyapa juga kalau lewat di depan orang." Panjang lebar Mas Aji menjelaskan padaku, ish aku sudah hapal betul kata-kata itu, berulang kali dia selalu mengajariku.


"Ya ampun Sayang, iya iya, Mas Aji kan sudah berulang kali mengajariku kan? Aku paham Mas, tenang saja." Aku memasang wajah cemberut padanya, bosan sekali aku ini, hampir setiap hari diajari tata cara unggah ungguh, sebelumnya aku bahkan tak tahu apa arti kata itu, ternyata itu artinya adalah sopan santun.


Sejak kecil aku memang tinggal di perumahan yang ada di Jakarta, perumahanku berada di pusat kota Jakarta, tempatnya sangat strategis kemana-mana sangat dekat. Perumahanku memang sangat jarang ada orang keluar dan kumpul-kumpul di depan rumah, kecuali para ART yang sedang menyapu halaman biasanya mereka mengobrol dengan sesama ART, sangat sepi meski di siang hari.


Di sini juga tidak banyak orang yang saling kenal, mungkin hanya dengan tetangga kanan kiri rumah saja kami kenalnya, itu pun kami tidak begitu akrab. Begitulah perumahan di kota, isinya orang sibuk kerja semua. Mas Aji lalu membantuku mengemasi barang-barang kami yang akan kami bawa ke Yogyakarta. Dia sangat cekatan dan rajin, itulah salah satu alasan yang membuatku jatuh cinta padanya.


"Tok tok tok." Aku mendengar suara pintuku terketuk, aku langsung berdiri, berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamarku, sekelebat aku melihat bayangan putih bergerak cepat menjauh, aku maju ke depan hingga aku sampai di pagar besi balkon kamarku.


Lalu terdengarlah suara halus dan lirih di telingaku, "Nduk cah ayu aku melu yo, aku melu hihihi." (Dek anak cantik, saya ikut ya, saya ikut)


Seketika bulu kudukku berdiri, suara apa itu? Dan apa arti ucapan itu? Tiba-tiba ada tangan menepuk pundakku, jelas aku tersentak, jantungku berdetak lebih cepat, segera aku menoleh ke belakang. Ah sialan itu ternyata suamiku, Mas Aji, saat ini sudah berada persis di belakangku.


"Dek kenapa? Kok tiba-tiba kamu buka pintu? Terus kenapa berdiri diem aja di balkon Dek? Ini udah malem lo Dek," tanya Mas Aji dengan suara lembut dan mengerutkan kening.


"Tadi ada yang ketuk pintu Mas, makannya aku bukain, ku pikir ada tamu datang, Mas." Aku menjelaskan padanya dengan jujur.


"Astaghfirullah Dek, ini lantai dua Dek, mana mungkin ada tamu lewat sini, lagian kalau ada tamu ya pasti lewat pintu bawah sana Dek, udah Dek ayo masuk, Mas takut kamu kesambet, kamu capek ya pasti, udah ayo tidur aja Dek." Mas Aji langsung menarik tanganku dan aku mengikutinya. Dengan sigap dia mengunci pintu kamarku.


"Mas, aku melu artinya apa?" Aku masih penasaran dengan kata bisikan tadi, aku duduk di ranjang kemudian Mas Aji mengikutiku duduk di ranjang juga.


"Artinya aku ikut Dek, emang kenapa kamu tanya-tanya begitu, siapa yang ngomong kayak gitu dalam bahasa Jawa Dek?" Lagi-lagi suamiku terlihat mengerutkan keningnya.


"Itu Mas, tadi pas aku di balkon ada suara begini, "Nduk cah ayu aku melu" gitu Mas, tadi ada bisikan gitu di telingaku." Aku menjelaskan lagi padanya dengan jujur, memang sedari awal suami istri harus saling jujur kan, tidak boleh ada yang di tutup-tutupi.


"Dek kamu serius? Bener tadi ada bisikan kayak gitu? Astaghfirullah nyebut ya Dek, istighfar, semoga kita di jauhkan dari godaan setan yang terkutuk, sudah-sudah ayo kita sikat gigi dan wudhu terus kita tidur ya Dek." Sepertinya Mas Aji sangat khawatir, lalu dia mengandeng tanganku menuju kamar mandi.


Lihat selengkapnya