Sembilan Bulan Diganggu Setan

Nyimas Aksara
Chapter #2

BAB 2 DATANGNYA WANITA MISTERIUS

Akhirnya kami sampai juga di kota Yogyakarta, cepat memang, cuma satu jam jika naik pesawat. Kata Mas Aji, saudara laki-lakinya yang akan menjemput kami, anak dari adik ibu mertuaku. Benar saja orangnya sudah terlihat dari kejauhan, dia langsung berdiri, tersenyum dan melambaikan tangan ke arah kami.


Namanya Bima, wajah tampan Bima sedikit mirip dengan Mas Aji, perawakannya juga sama, dia tinggi seperti Mas Aji. Mungkin karena saudara jadi yah, ada kemiripan sedikit diantara mereka. Sebenarnya, aku pun belum tau berapa jumlah saudara Mas Aji, nanti mungkin aku akan tau semuanya tentang anggota keluarga suamiku.


"Makasih ya Bim, sudah mau jemput kita. Maaf lo ya, kita ngrepotin, soalnya Pakdemu nganter Budhe berobat. Oh iya kenalin ini Tia istriku." Mas Aji menepuk pundak Bima, nampaknya hubungan mereka memang dekat.


"Halah nggak apa-apa Mas, aku malah seneng loh di percaya menjemput Kakak Ipar, hehehe. Halo Mbak Tia, saya Bima." Dia tersenyum padaku dan mengajakku bersalaman.


"Makasih ya Bima, salam kenal." Aku menyambut uluran tangannya dan membalas senyuman Bima, ternyata benar orang Jawa memang murah senyum.


Kami segera masuk ke dalam mobil milik Bima, Mas Aji duduk di depan, di samping kursi Bima, mereka mengobrol dengan bahasa Jawa, aku tak tahu apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya obrolan mereka seru. Aku melihat jendela mobil yang ada di sebelah kananku, ah lewat laut ternyata, pemandangannya indah sekali.


Lalu, aku mendengar bisikan lirih lagi di telingaku. "Nduk cah ayu, suwun yo. Simbah arep mudun neng kene wae," (Dek, anak cantik, terimakasih ya, Nenek mau turun di sini saja.) Aku reflek melihat ke sebelah kiri, di sana, aku melihat wanita yang mungkin seumuran dengan Mamaku, dia memakai kebaya berwarna hitam polos dengan kain jarik berwarna coklat.


Rambut wanita itu disanggul dan disekitar sanggulnya ada hiasan bunga melati. Kulitnya berwarna kuning langsat, wajahnya terlihat sangat cantik, anggun dan berwibawa dengan tatapan mata tajam dengan bulu mata yang lentik, serta bibir yang dihiasi dengan lipstik berwarna merah marun.


Aku tak tahu dia bicara apa padaku, aku hanya diam memandanginya, bau melati yang memabukkan tercium di hidungku, sepertinya aroma itu bersumber dari hiasan melati yang ada di sanggulnya. Saat dia menatap dan tersenyum padaku, rasanya aku seperti terhipnotis dan terpana dengannya, dia memang sangat cantik.


Wanita itu lalu membuka tas yang dia bawa, tas hitam dari kain bludru itu berukuran sedang kemudian dia mengeluarkan dua benda. Di tangan kanan memegang keris dan di tangan kiri memegang tusuk konde. Kerisnya berwarna emas, sedangkan tusuk konde berwarna perak dengan hiasan batu-batu cantik berwarna merah.


"Miliho salah siji Nduk, dinggo tondo katresnan marang sliramu." (pilihlah salah satu Dek, untuk tanda cinta dariku untukmu.) Dia melihatku, lagi-lagi aku bingung apa yang dia bicarakan.


"Pilih satu!" Ah, ternyata dia menyuruhku untuk memilih satu. Entah kenapa aku lebih tertarik pada keris yang ada di tangan kanan wanita itu. Jadi telunjukku langsung menunjuk ke arah keris.


"Milih keris to Nduk," (Memilih keris ya Dek) ucapnya dengan lemah lembut, dia membuka penutup keris itu. Saat melihat lekukan keris itu, entah kenapa aku merasa ngeri karena ujungnya terlihat sangat tajam.


Aku jadi ingat, dulu Mas Aji pernah bercerita padaku bahwa keris itu adalah senjata, sekali tusuk mungkin bisa mati karena lekukannya itulah yang dapat membuat luka dalam yang sangat parah, apalagi kata Mas Aji banyak dulu pendekar yang melawan musuhnya menambahkan racun pada kerisnya agar lawannya cepat mati.


Dia mengayun ayunkan keris itu di tangannya sambil bersenandung kecil, entah lagu apa aku tak tahu karena dia memakai bahasa Jawa, namun aku mengakui jika suaranya terdengar sangat merdu di telingaku.

Lihat selengkapnya