Setelah sampai di depan ruang periksa, kami duduk menunggu namaku di panggil terlebih dahulu, barulah aku bisa bertemu dengan dokter kandungan. Aku mengelus perutku, rasanya sudah tidak sabar ingin melihat calon anakku, semoga dia tumbuh sehat. Sementara itu aku melihat para mahluk halus berbaur dengan para manusia, aku masih mengingat kata Arabella jangan menatap mata mereka.
Arabella duduk di sebelah kananku dan Mas Aji duduk di sebelah kiriku, sosok-sosok itu hanya melihatku sekilas dan mereka tak berani mendekat. Aku penasaran apa jabatan Arabella di sini tinggi ya? Bahkan sosok berwajah lebih tua darinya saja sepertinya segan padanya. Aku ingin bertanya pada Arabella, namun ada Mas Aji di sampingku, jadi aku memilih untuk diam.
Aku menyandarkan kepalaku di lengan tangan Mas Aji dan melihat ke arah Arabella. Saat ini dia sedang bersenandung, sepertinya sih itu lagu berbahasa Belanda. Suara Arabella ternyata sangat merdu, terdengar sangat lembut dan sopan masuk ke telingaku. Kedua sudut bibirku refleks melengkung ke atas, aku suka sekali mendengarkan suara Arabella.
Entah bagaimana suasana di rumah sakit ini tiba-tiba berubah, bangunan rumah sakit ini berubah menjadi bangunan jaman dulu, aku berdiri karena Mas Aji tiba-tiba menghilang, aku panik dan ketakutan. Tiba-tiba ada tangan dingin memegangi tanganku, aku tersentak seketika aku berteriak dan berusaha ingin melepaskan tangan dingin itu.
"Tenang Tia, ini aku Arabella, kita ada di jaman dulu tepat sebelum kematianku. Kau penasan bukan bagaimana aku mati? Aku akan memberi tahumu," bisik Arabella.
"Jadi ini masa lalumu?" tanyaku sambil mendongak ke atas untuk melihat wajah Arabella, ternyata dia tinggi, tingginyanya seperti Mas Aji kurang lebih 175cm.
Di sini aku melihat para nakes berkebangsaan Belanda sedang mengobati para pasien yang sedang sakit, baik pasien berkebangsaan Belanda atau pasien warga Indonesia. Tak ada yang aneh di sini para nakes sabar dan telaten merawat para pasien, pemandangan biasa memang yang sering terjadi di rumah sakit. Hingga tiba-tiba terdengar bunyi suara tembakan pistol berulang-ulang.
"Doorrrrr."
"Dooorrrrrrr."
"Ddddooooorrrrr."