Cambridge, 2024
Listrik mengamuk liar di atmosfer, menari-nari di antara jemari Aiden yang bergetar. Bukan sekadar ketakutannya, melainkan antisipasi yang kian menanjak. Di hadapannya, sekelompok elite menatapnya datar—paduan skeptis dan penasaran.
“Tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang saya hormati.” Suara Aiden mantap walaupun jantungnya berdentum liar. “Apa yang akan saya tunjukkan pada Anda hari ini bukan sekadar mimpi liar seorang ilmuwan gila.”
Dengan sekali tekan pada remote, ruangan rapat yang tadinya terang tiba-tiba jadi gelap gulita. Beberapa hadirin terkesiap.
“Tenang, saya tak bermaksud menculik Anda semua,” Aiden berusaha mencairkan suasana. “Tapi izinkan saya mengajak Anda semua berjalan di atas awan.”
Dramatis, Aiden menjentikkan jari. Seolah mematuhi perintahnya, udara di sekitar mereka berpendar kebiruan. Perlahan tetapi pasti, cahaya itu membentuk pola-pola kompleks—mirip jaringan saraf raksasa yang menghiasi ruangan.
“Yang Anda lihat,” Aiden melanjutkan, kini dipenuhi kebanggaan, “adalah visualisasi jaringan Wardenclyffe yang saya kembangkan. Bayangkan dunia terhubung oleh jaring-jaring energi ini. Listrik tanpa kabel, komunikasi tanpa batas, dan yang terpenting energi bersih yang tidak terbatas.”
Aiden bisa melihat kilatan takjub di mata para hadirin. Bahkan Dr. Winters, profesor senior yang terkenal pelit pujian, tampak terpukau.
“Namun tunggu,” Aiden menambahkan dengan nada penuh teka-teki, “ini baru pemanasan.”
Aiden menekan tombol lain. Seketika, ruangan seolah terangkat ke udara. Para hadirin menjerit tertahan, refleks berpegangan pada kursi masing-masing. Di bawah kaki mereka, pemandangan Cambridge yang sibuk terbentang.
“Hologram?” tanya seorang hadirin, antara takjub dan tak percaya.
Aiden menggeleng dengan senyum melengkung dalam kerahasiaan yang hanya bisa dimengerti segelintir orang. “Bukan, Nyonya. Ini nyata. Kita benar-benar melayang saat ini.”
Pernyataan berani itu disambut gelak dari beberapa hadirin. Tentu saja, itu hanyalah trik teknologi proyeksi canggih untuk menciptakan ilusi yang sempurna. Namun, reaksi para hadirin sungguh tidak ternilai.
“Ketika Anda memikirkan Proyek Wardenclyffe yang saya ajukan,” lanjut Aiden dengan penuh percaya diri, “bukan hanya soal listrik tanpa kabel. Ini adalah revolusi dalam memahami energi dan gravitasi. Bayangkan sebuah dunia, di mana mobil terbang bukan sekadar fiksi ilmiah, di mana bantuan dapat sampai di lokasi bencana dalam hitungan menit, di mana …”
Aiden berhenti sejenak, seolah memandang cakrawala yang jauh di luar jangkauan. Dalam sesaat, Angie melintas di benaknya—Angie yang hilang dalam misteri, mungkin terjebak di labirin waktu yang salah.
Menggelengkan kepala untuk menyingkirkan pikiran itu, Aiden kembali konsentrasi. “Dunia di mana kita bisa menjelajahi waktu dan ruang dengan bebas.”
Dr. Winters mengangkat tangan. “Menarik, Gryphon. Sangat menarik. Namun bagaimana dengan kemungkinan interferensi? Bukankah energi sebesar ini bisa mengacau sistem komunikasi yang ada?”
Aiden tersenyum, inilah pertanyaan yang dia tunggu-tunggu.
“Pertanyaan brilian, Dr. Winters!” seru Aiden antusias. “Mari kita teliti lebih dalam.”
Selama dua jam berikutnya, Aiden menjelaskan setiap detail proyeknya dengan semangat menggebu-gebu. Dia memberi penjelasan yang akurat pada setiap pertanyaan, mendemonstrasikan berbagai simulasi yang memukau, bahkan ia sempat bercanda tentang bagaimana Tesla pasti akan bangga melihat perkembangan idenya.
Tepuk tangan gemuruh menggema, semua mata tertuju pada Aiden. Dr. Winters, dengan senyuman lebar yang jarang terlihat, menghampiri Aiden.
“Luar biasa, Aiden!” ujarnya, menepuk pundak Aiden. “Kau benar-benar putra Tesla di zaman ini. Proyek ini ... kami sepakat untuk mendanainya sepenuhnya.”
Mata Aiden melebar. “Be—benarkah, Dok?”
Dr. Winters mengangguk. “Dengan satu syarat.”