Sembilan Tiga Perempat

angel
Chapter #25

Detik Jam Pasir

Cambridge, 2025

Pukul 03:33 dini hari, dan Aiden sedang beradu pandang dengan kucing hitam.

Bukan, ini bukan lelucon receh tentang nasib sial atau takhayul konyol. Ini tentang konflik ego antara ilmuwan jenius dan makhluk berbulu yang entah bagaimana bisa menyusup ke laboratoriumnya yang super aman.

“Oke, Profesor Pawthagoras,” Aiden berkata pada si kucing yang menatapnya dengan mata hijau cemerlang, “bagaimana caramu masuk ke sini?”

Kucing itu, tentu saja, hanya mengeong malas.

Aiden menghela napas. Sudah cukup gila dia berbicara dengan kucing, lebih gila lagi jika dia berharap kucing itu menjawab. Namun di sinilah dia, pukul tiga pagi lebih, berdebat dengan makhluk berbulu tentang pelanggaran keamanan.

“Kau tahu,” Aiden melanjutkan, entah pada si kucing atau pada dirinya sendiri, “kalau kau bisa masuk ke sini, berarti ada celah dalam sistem keamanan kami. Dan jika ada celah ...”

Mata Aiden spontan melebar tiga kali lipat.

Dengan semangat mendadak membara, disambarnya tablet dan mulai mengetik frantik. Kucing hitam itu hanya mengawasi dengan tatapan bosan, seolah-olah penemuan revolusioner manusia adalah hal paling membosankan di dunia.

“Terima kasih, Profesor Pawthagoras!” Aiden berseru riang. “Kau baru saja memecahkan masalah kunci dalam proyek Wardenclyffe!”

Si kucing, merasa tugasnya sudah selesai, melompat turun dari meja dan berjalan anggun menuju pintu. Tepat ketika itu, pintu terbuka dan Dr. Winters masuk dengan wajah mengantuk.

“Gryphon? Apa yang kau lakukan sepagi ini di lab?” tanyanya, mengerutkan dahi saat matanya tertuju pada makhluk berbulu yang sedang meninggalkan ruangan dengan sikap percaya diri. “Dan ... apakah itu kucing?”

Aiden mengerling penuh antusias. “Dr. Winters! Anda tidak akan percaya ini. Profesor Pawthagoras baru saja membantu kita memecahkan masalah transfer energi nirkabel!”

Dr. Winters mengerjap. Sekali. Dua kali. “Profesor ... Pawthagoras?”

“Ya! Kucing itu!” Aiden menunjuk ke arah pintu, tetapi si kucing sudah menghilang. “Oh, dia sudah pergi.”

Dr. Winters menatap Aiden, entah khawatir atau geli—seolah dia baru saja mendengar bahwa matahari terbenam di Timur. “Gryphon, kurasa kau butuh istirahat. Atau lebih baik lagi, terapi?”

Namun, Aiden sudah kembali larut dengan tabletnya. “Tidak, tidak. Anda harus lihat ini. Jika kita menerapkan prinsip yang sama dengan bagaimana kucing itu berhasil masuk ke lab, kita bisa transfer energi melalui celah-celah realitas!”

Dr. Winters, meski masih setengah tak percaya, mulai tertarik. Dia mendekat dan mengamati sketsa yang Aiden ciptakan. “Ini brilian! Tapi bagaimana kau bisa sampai pada kesimpulan ini?”

“Terkadang, inspirasi datang dari tempat yang paling tidak terduga, bukan?”

Sementara mereka berdua larut dalam diskusi tentang teori baru, di luar jendela lab, kucing hitam bermata hijau itu bertengger di dahan pohon, menatap ke dalam dengan tatapan yang terlalu cerdas untuk skala kucing biasa. Dan tanpa perlu mengetahui detail-detail teknisnya, proyek Wardenclyffe Aiden kini selangkah maju berkat ‘Profesor Pawthagoras’.

❾¾

Jemarinya berayun di antara keyboard laptop, fokus pada layar meskipun Stellar Sip cukup ramai.

“Kopi hitam pekat, tanpa gula, dengan sedikit sentuhan kenangan.” Suara lembut itu memecah konsentrasinya.

Aiden mendongak, bertemu pandang dengan sepasang mata hijau zamrud yang selalu membuatnya terpesona. Jocelyn meletakkan secangkir kopi mengepulkan aroma menenangkan di hadapannya.

“Jo, kau selalu tahu cara membacaku.”

Jocelyn duduk di hadapannya. “Kau tampak lelah. Apa ‘Profesor Pawthagoras’ membuatmu begadang?”

Aiden tertawa kecil. Berita tentang kucing misterius yang menginspirasi terobosan baru proyek Wardenclyffe sudah menjadi buah bibir kampus. “Ya, setidaknya ada hal baik yang terjadi.”

Lihat selengkapnya