Cambridge, 2025
Makhluk berlendir hijau kecokelatan kecil itu duduk diam di meja logam. Mata bulat besarnya seakan balik menatap Aiden dengan penuh tuduhan.
“Maafkan aku, Kawan,” bisik Aiden. “Tapi ini demi kemajuan ilmu pengetahuan.”
Dengan hati-hati, Aiden menempelkan dua elektroda kecil di punggung si katak. Jemarinya bergerak lincah, menyambungkan kabel-kabel rumit ke alat yang seperti perkawinan antara generator Tesla dan mesin waktu dari cerita steampunk.
“Oke, semuanya siap,” mata biru Aiden berkilat-kilat. “Saatnya menciptakan sejarah!”
Dia menarik napas dalam-dalam. Jemarinya bergetar di atas tombol merah besar yang akan mengaktifkan seluruh sistem.
“Satu ... dua ...”
“Aiden Gryphon!”
Aiden terlonjak akan suara menggelegar itu. Kakinya tersandung kabel, tubuhnya oleng, dan—
“Klik!”
Tangannya tanpa sengaja menekan tombol merah.
“Oh, sial!”
Ruangan seketika dipenuhi percikan listrik biru. Katak malang di atas meja melompat tinggi, tubuhnya bercahaya seperti lampu disko berjalan. Aiden hanya dapat terpaku menyaksikan katak bergerak liar di udara, memancarkan kilatan listrik ke segala arah.
“Aiden!”
Dr. Winters muncul di ambang pintu. Wajahnya merah padam, mata melotot seakan baru saja menyaksikan akhir dunia.
“Apa yang—”
Namun, dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Katak listrik itu mendarat mulus di kepalanya yang botak, menjadikan sisa-sisa rambut di samping kepalanya berdiri tegak seperti landak kesetrum.
“Um ... selamat pagi, Dr. Winters.” Aiden menyengir canggung. “Saya bisa jelaskan semua ini.”
“Aiden, saya kira kita sudah sepakat kalau eksperimen biolistrik pada hewan hidup itu dilarang keras di kampus ini.”