Cambridge, 2025
“Waktu itu seperti karet gelang,” ujar Dr. Timeless dengan mulut penuh sandwich tuna. “Makin kau tarik, makin kuat dia menarikmu kembali. Kecuali kau seorang jenius yang bisa membuatnya jadi celana dalam elastis.”
Aiden mengerjap, berjuang mencerna kalimat absurd Dr. Timeless yang baru saja melewatinya. Pria eksentrik itu berlalu, membiarkan Aiden yang berusaha keras untuk tidak menarik napas terlalu dalam dan menghirup aroma amis tuna yang sudah berbaur dengan udara panas Cambridge. Butuh menggeleng beberapa kali supaya Aiden kembali fokus pada blueprint di genggaman.
Denting logam serta deru mesin menyemarakkan area konstruksi. Kerangka baja kokoh menara sudah terlihat menjulang, menantang langit cerah Cambridge. Para pekerja konstruksi beraksi cekatan, sementara Aiden dan Evelyn memandu mereka dari bawah.
“Evelyn, tolong pastikan sambungan di titik A7 dan B3 diperkuat,” instruksi Aiden, masih terpaku pada blueprint. “Biar kejadian ‘hujan cat putih’ tidak terulang lagi.”
Rambut keriting cokelat lembut Evelyn, yang terkuncir tinggi, bergoyang seirama saat dia mengangguk. “Sudah kuperintahkan tim untuk memasang penyangga tambahan di sana. Omong-omong, menurutmu, berapa lama lagi kita bisa mencapai seperempat menara?”
Aiden mengamati progress konstruksi, lalu melirik jam tangannya. “Kalau semua berjalan lancar, mungkin sekitar empat jam lagi. Tapi mengingat ...”
“Bzzzt! bzzzt!”
Suara itu memotong perkataan Aiden. Si kembar Spark muncul entah dari mana, helm mereka berkedip-kedip—seakan masih belum diisi dayanya.
“Ada apa?” Alis Aiden terangkat.
“Mereka mendeteksi fluktuasi medan elektromagnetik di sekeliling menara,” Evelyn memberi terjemahan. “tapi bukankah itu normal mengingat banyaknya peralatan listrik di sini?”
Aiden menggeleng, “Tidak pada level ini. Coba—”
“Eureka!”
Seruan tinggi itu membelah udara, membuat beberapa pekerja konstruksi hampir kehilangan pegangan pada peralatan mereka.
Dr. Quantum muncul begitu saja dari balik tumpukan kardus. Rambutnya mencuat ke segala arah seperti habis disambar petir. “Aku telah memecahkan misteri universe! Atau setidaknya alasan sandwich tuna Dr. Timeless selalu terasa aneh.”
Aiden menghela napas panjang. “Dr. Quantum, tolong fokus pada—”
“Tidak, tidak, dengarkan aku!” potong Dr. Quantum cepat. “Jika kita mampu menggabungkan teori relativitas dan mekanika kuantum, lalu menambah sedikit bumbu wasabi ke dalam tuna—boom! Portal lintas dimensi!”
Hening sejenak. Bahkan angin pun seakan menolak berembus.
“Um ... oke?” Aiden akhirnya angkat suara, berusaha terdengar diplomatis. “Mungkin kita bisa mendiskusikan ini nanti? Sekarang kita perlu fokus pada—”
“Fokus?” Dr. Quantum tertawa. “Fokus itu ilusi, Anak Muda! Universe ini multidimensi! Kita harus melihat dari segala sudut, termasuk sudut 720 derajat!”
❾¾
Theo dan Elias tengah sibuk dengan perangkat aneh yang bagaikan persilangan mesin cuci dan komputer quantum.
“Bagaimana perkembangan Hephaestus Net?” Evelyn menghampiri duo jenius itu.
“Well,” Theo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “kami berhasil meningkatkan kapasitas penyerapan energi hingga 150%.”
“Tapi?” Evelyn bisa merasakan ada kata ‘tetapi’ yang menggantung.
“Tapi,” Elias melanjutkan, “kami masih belum bisa mengatasi masalah disipasi panas. Setiap kali mencoba simulasi dengan beban penuh, perangkat ini ... well ...”
“Meleleh?” tebak Evelyn.
“Lebih tepatnya, menguap,” koreksi Theo. “Literally menguap. Poof! Hilang menjadi asap ungu yang baunya seperti marshmallow gosong.”
Evelyn mengerjap. “Ungu? Marshmallow gosong?”
Elias mengangguk. “Dan baunya enak, kalau kau suka marshmallow gosong.”
Evelyn geleng-geleng, seolah mencoba menanggalkan kegilaan dari kepala. “Oke, jadi apa rencana kalian?”